Psikologi secara Umum

Definisi Psikologi

Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: “ψυχή” (Psychē yang berarti jiwa) dan “-λογία” (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa. Selain itu Psikologi sendiri mempunyai banyak pengertian, diantaranya :

  • Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku.
  • Menurut Ernest Hilgert (1957) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
  • Menurut George A, Miller psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
  • Menurut Clifford T. Morgan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
  • Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organism dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.
  • Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
  • Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya.

Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

 

  1. Obyek Studi Dan Ruang Lingkup Psikologi

Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Objek Material

Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu mahluk hidup.

  1. Objek Formal

Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memprediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.

  1. Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno, sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya di tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu bahkan psikologi di kenal pada zaman kejayaan Islam, yaitu zaman kenabian Rasulullah nabi Muhammad saw. Psikologi memiliki akar dari bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap – tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

  1. Metode Psikologi

Beberapa metodologi dalam psikologi, di antaranya sebagai berikut :

  1. Metodologi Eksperimental

Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang – orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih objektif.

  1. Observasi Ilmiah

Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.

  1. Sejarah Kehidupan (metode biografi)

Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaan, sikap – sikap ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. Pada metode ini disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini bersifat subjektif.

  1. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan. Baik persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview dibandingkan dengan angket yaitu:

Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas interviwer(penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee (responden yang ditanyai). Terdapat interaksi langsung berupa face to face sehingga diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.

  1. Pemeriksaan Psikologi (psikotes)

Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan untuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.

  1. Metode Analisis Karya

Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar – gambar, buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang.

  1. Metode Psikologi Perkembangan

Pada Metode Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode umum dan metode khusus. pada metode umum ini pendekatan yang dipakai dengan pendekatan longitudinal, transversal, dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang diperoleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan khususnya kebudayaan. Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan diselidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat digunakan dengan pendekatan eksperimen dan pengamatan.

 

  1. Psikologi kontemporer

Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:

  1. Psikologi Fakultas

Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi berpikir, merasa, dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.

  1. Psikologi Asosiasi (mengekspresikan)

Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide yaitu bahwa ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

 

  1. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

 

Laboratorium Wundt sebagai lahirnya ilmu psikologi

Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

 

Berdirinya Aliran Psikoanalisa

Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.

 

  1. Fungsi dan pendekatan psikologi sebagai ilmu

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

  • Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
  • Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
  • Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

 

  1. Pendekatan perilaku (Behavior)

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus – Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon

Selain itu beberapa bagian yang diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Pengguna yang mahir dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini.

  1. Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

  1. Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

  1. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

  1. Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

  1. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif

  1. Jean Piaget

Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

    1. Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
    2. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.
    3. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motorik tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur(dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

  1. David Ausubel

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu:

1) Belajar dengan penemuan yang bermakna.

2) Belajar dengan ceramah yang bermakna.

3) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna.

4) Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.

Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.

  1. Jerome Bruner

Menurut Bruner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:

    1. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
    2. Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar.
    3. Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi.
    4. Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan cara untuk memotivasinya.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.

  1. Mex Wertheimenr

Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (dalam Riyanto,2002).

Gestalt dalam bahasa Jerman, berarti “Whole Configuration” atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan lebih dari bagian-bagian. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian Yanng lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight. Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Suatu konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian.

Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.

  1. Kohler

Teori yang disampaikan oleh Kohler berdasarkan pada penelitiannya pada seekor monyetnya dipulau Cannary yang dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler menyatakan bahwa belajar adalah serta mencapainya, hasil adalah proses yang didasarkan ada insight.

  1. Kurt Lewin

Kurt Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan pisikologi sosial. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.

 

 

  1. Pendekatan psikoanalisa

pendekatan Psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Salah satunya tokoh psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Nama asli Freud adalah Sigismund Scholomo. Namun sejak menjadi mahasiswa Freud tidak mau menggunakan nama itu karena kata Sigismund adalah bentukan kata Sigmund. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Pada usia empat tahun Freud dibawa hijrah ke Wina, Austria (Berry, 2001:3). Kedatangan Freud berbarengan dengan ramainya teori The Origin of Species karya Charles Darwin (Hall, 2000:1).

Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.

Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.

Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:

a.    Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.

b.    Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya.

c.    Ego, adalah pengawas realitas.

Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian, toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan!”.

Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak mendapat dot misalnya).

Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan (menendang tong sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor misalnya).

Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).

Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.

Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu (1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa, (2) Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar), (3) Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.

Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992):

Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain yaitu (1) Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam, (2) Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar energi.

Adapun contoh dari Psikoanalisis: Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme pertahanan diri.

Tokoh-tokoh psikoanalisis

1. Sigmund Freud (1856-1939)

Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar.

Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.

a. Riwayat hidup

Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yg tdk terlalu sukses.

Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi dibidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa.

Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer, seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena Charcot mengembangkan teknik hipnose. Kelak Freud meninggalkan teknik hipnose ini karena sulit diterapkan dan mengembangkan teknik menggali ketidaksadaran lewat kesadaran, seperti free association. Dengan mengembangkan teknik ini Freud lebih percaya bahwa hal-hal diketidaksadaran bukan dilupakan (seperti teori Charcot), tetapi direpres (ditekan ke dalam ketidaksadaran agar tidak muncul).

Pada awal abad 20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan-tulisan Freud semakin berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut/murid yang terkenal, antara lain Adler dan Jung. Mulai terbentuk forum-forum diskusi rutin antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep psikoanalisa. Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya terganggu.

Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya di 1939.

b. Pemikiran dan teori

Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran.

unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink.

Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.

Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.

Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.

Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam,

c. Sumbangan Freud

Sebagai orang pertama yang menyentuh konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian

Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan

Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain.

Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni

2. Alfred Adler (1870-1937)

Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology. Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis.

Adler di Wina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.

Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tsb.

Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.

3. Carl Gustav Jung (1875-1961)

Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras

Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah pendeta dan unsur religius nantinya akan banyak berperan dalam pemikiranpemikirannya. Ia belajar kedokteran di Universitas Basel, lulus 1900. Kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik psikiatri Universitas Zurich tahun 1909. Ia adalah ketua pertama International Psychoanalitic Association tahun 1911. Tahun 1914 ia mengundurkan diri dari posisinya tersebut dan mendirikan analytical psychology. Pada tahun 1920an ia banyak melakukan ekspedisi lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil meneliti dan mengembangkan teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan mempengaruhi teori-teorinya yang kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G. Jung Institute didirikan di Zurich untuk mengembangkan teorinya dan teknik terapinya.

Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dpt dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness.

Evaluasi Adler dan Jung

Adler dikenal dengan sumbangan teorinya yang optimistik dan berorientasi pada masa depan dalam memandang manusia

Jung memasukkan unsur budaya dalam aliran psikoanalisa sehingga teorinya juga menjangkau bidang luas seperti sejarah, seni, dan lain-lain. Berdasarkan teori Jung, para ahli tes psikologi seperti Eysenck dan Cattell menyusun tes kepribadian setelah menguji validitas teori Jung secara statistik

Kritik terhadap Jung dan Adler sama seperti kelemahan Freud, ditujukan pada “keilmiahan” konsep teori keduanya.

  1. Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik dikembangkan olhe Abraham Maslow yang berasumsi bahawa manusia memiliki potensi yang baik. Pandangan yang menjunjung tinggi. Maslow mengetengahkan teorinya yang meliputi kebutuhan bertingkat, aktualisasi diri, pengalaman puncak dan psikologi sains. Konsep utamanya adalah tercapainya cita-cita humanism yang diistilahkan dengan manusia yang actual yaitu manusia yang bisa mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya yang positif untuk masyarakatnya.

Tokoh-Tokoh Psikologi Humanistik

Sebagaimana behaviorisme dan psikoanalisis, psikologi humanistik pun mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal, yang pemikiran-pemikiran dan teori-teorinya memberikan kontribusi yang cukup besar demi perkembangan psikologi humanistik. Dari tokoh-tokoh tersebut, ada dua orang tokoh yang berperan besar dalam pembentukkan serta perkembangan psikologi. Kedua tokoh tersebut adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers. Oleh karena peran mereka yang signifikan itu maka penulis pada tulisan berikut akan mencoba bercerita mengenai biografi singkat berserta teori-teori yang diciptakan dari kedua tokoh psikologi humanistik tersebut.

1. Abraham Maslow Situs http://www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm menyebutkan bahwa Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara.

Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan.

Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan, self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).

  1. Kebutuhan Fisiologis

Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan, seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

  1. Kebutuhan akan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.

  1. Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang

Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.

  1. Kebutuhan akan Harga Diri

Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.

  1. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.

2. Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan pada 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois dan meninggal dunia di La Jolla, California, pada 4 Februari 1987 sewaktu berumur 85 tahun. Sewaktu remaja, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga menyebabkan ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca.. Ia pernah belajar di bidang agrikultur dan sejarah di University of Wisconsin.

Di tempat tersebut Rogers mengikuti berbagai aktivitas, termasuk menjadi delegasi untuk Persidangan Antarabangsa Persekutuan Pelajar Kristian di China. Pada tahun 1924 ia menerima ijazah pertama dalam bidang sejarah dan menikah pada tahun yang sama. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master dalam bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperolehi gelar Ph.D di di bidang klinis dan psikologi pendidikan pada tahun 1931

Padatahun 1931 pula Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).

Naisaban (2004) menyebutkan bahwa Rogers dianggap penting tidak hanya sebagai teoretisi tapi juga sebagai praktisi psikoterapi. Konsep mengenai kepribadian dan terapi berkisar pada gagasan dan kepercayaan bahwa predominasi (keunggulan) mendasar diri yang subjektif dan bahwa manusia hidup dalam dunia pribadi dan subjektif. Rogers mengatakan bahwa individu mempunyai seperangkat persepsi yang terorganisir dari dirinya serta hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak berkeping-keping tetapi suatu “gestalt” dengan suatu pole koheren dan terpadu. Sebagai tambahan pada konsep diri, individu mempunyai Ideal Self, yaitu apa yang diinginkan, cita-cita atau dianggap seharusnya demikian. Rogers memakai ketidaksesuaian antar konsep diri dengan Ideal Self sebagai ukuran ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Rogers berpendapat bahwa sering ada ketidaksesuaian antara konsep diri seseorang dengan kenyataan. Orang-orang muda terkena rasa cemas bila konsep dirinya tidak sesuai dengan kenyataan. Bila pengalaman tidak mendukung pandangan seseorang atas dirinya sendiri, maka ia mungkin akan mengerahkan berbagai mekanisme pertahanan diri. Rogers yakin bahwa ada penyesuaian psikologis bila konsep diri ada dalam posisi sedemikian rupa sehingga semua pengalaman organisme membaur ke dalam hubungan yang konsisten dengan konsep diri.

Roges terkenal dengan teori non-directive therapy yang berpusat pada klien (Naisaban, 2004). Teori terapi ini berpusat pada klien atau terapi non-directive, yang dikembangkan selama bertahun-tahun sesudah masa perang, di Universitas Chicago. Teknik ini pada prinsipnya memberikan kesempatan pada individu yang tidak mampu menyesuaikan diri agar mau berbicara kepada seorang konselor, yang mirip dengan cara klien bercakap-cakap dengan pengacaranya, yaitu duduk dan bertatap muka. Terapis berperan seminimal mungkin selama percakapan klinis itu, dan terapis sendiri berusaha mengembangkan satu iklim penerimaan yang hangat dan memungkinkan, sehingga klien merasa bebas untuk berbicara.

Dengan bebas berbicara dan mengungkapkan diri, klien akan sampai pada suatu pemahaman diri sendiri Kadang terapis berusaha untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan pasien dengan mengulanginya sambil memberi tekanan atau mengubahnya untuk mengemukakan hal-hal yang penting dan berarti, tetapi penafsiran diberikan seminimal mungkin. Dengan berbicara dan mengungkapkan diri, klien itu menyembuhkan diri sendiri. Asumsi bahwa individu dapat sampai pada tahap mengenal diri sendiri ini tumbuh dalam keyakinan Rogers. Ia berkeyakinan juga bahwa penyebab ketidakyakinan klien menyesuaikan diri, karena peran di atas diputarbalikkan, terapis lebih banyak berperan daripada klien.

Rogers sangat percaya dan optimis terhadap sifat alami manusia. Dia yakin bahwa dorongan paling dasar adalah aktualisasi, yaitu memelihara, menegakkan, mempertahankan diri, dan meningkatkan diri sendiri. Dia percaya bahwa dengan memberikan satu kesempatan, individu akan berkembang dalam gerak maju dan punya car-cara untuk menyesuaikan diri. Namun, banyak nilai dan sikap bukan merupakan buah dari pengalaman langsung diri sendiri, akan tetapi merupakan introyeksi dari orang tua, guru, dan teman, dan menyebabkan terjadinya simbolisasi yang menyimpang atau yang diputarbalikkan yang menyebabkan terjadinya intergrasi yang salah atau tidak wajar dalam jati dirinya.

Sebagai akibatnya, banyak individu terbelah, tidak bahagia, dan tidak mampu merealisasikan secara penuh potensi-potensinya. Oleh karena itu, proses penyuluhan non-direktif memungkinkan individu bisa menemukan perasaannya yang sejati mengenai kehormatan dirinya yang positif serta kondisi-kondisi harga dirinya (Naisaban, 2004).

  1. Pendekatan transpersonal

Psikologi transpersonal adalah perkembangan dari psikologi humanist. Tokoh perintis transpersonal adalah pemuka-pemuka dalam psikologi humanistik. Psikologi transpersonal menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang mengandung berbagai jenis potensi yang luar biasa.

  1. Kajian psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

1. Psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

2. Psikologi sosial

Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

  • studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
  • studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
  • studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.

 

3. Psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

4. Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

 

  1. Wilayah terapan psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

1. Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

 

2. Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya

  1. Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

 

Sholat

Salat (Bahasa Arab: صلاة; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur yang taat atas perintah Allah.

Sholat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh agama. Selain itu Sholat menurut bahasa Arab berarti berdoa. Sholat juga mengandung arti dzikir/ ingat pada Allah SWT. Sholat merupakan aktivitas dzikrullah. Perintah dzikir dalam agama Islam dilakukan kapan saja, baik berdiri, duduk maupun waktu berbaring. Dalam dari Firman Allah SWT

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menbersihkan/menyehatkan jiwanya. Dan dia berzikir kepada TuhanNya, lalu dia menegakan sholat.” (QS.: Al-A`laa: 14-15)

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ

 

.

 

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sholat”

Ash Shiddieqy (1983) bahwa perkataan sholat dalam bahasa Arab berarti doa memohon kebajikan dan pujian; sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepadaNya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaranNya dan kesempurnaan kekuasaanNya”.

Sholat merupakan ibadah ritual yang telah diperintahkan Allah SWT. sejak dahulu kepada para nabi beserta seluruh pengikutnya. Perintah sholat telah ada pada zaman nabi Ibrahim, Musa dan nabi-nabi sebelumnya beserta umatnya dan termasuk umat Nabi Muhammad SAW. Shalat sudah diwajibkan pada zaman-zaman terdahulu sebelum nabi muhammad, nabi Ibrahim contohnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

 

“Ya tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang yang tetap mendirikan sholat, ya tuhanku kami perkenankanlah do’a kami (QS Ibrahim : 40)”

Pada zaman nabi Musa, wahyu yang pertama di terima nabi Musa adalah tentang sholat, didalam Al-Qur’an Allah Berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Tidak ada tuhan selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku (QS Thaha : 14)

Dalam QS Maryam (19:30-31) diterangkan Nabi Isa pun telah melakukan sholat,

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

Hadhiri (1995). Sholat merupakan kewajiban dan sekaligus kebutuhan esensial untuk mewujudkan manusia seutuhnya. Sejak kecil anak dianjurkan untuk sholat, bahkan menurut hadist, jika usia anak sudah mencapai sepuluh tahun tidak mendirikan sholat maka anak tersebut dapat diberi ganjaran (hukuman yang bersifat mendidik). Hal ini juga diperkuat dalam QS. Luqman: 17 berikut ini

ا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman : 17)

Shalat terdiri dari serangkaian gerakan yang diulang-ulang beberapa kali. Setiap rangkaian atau putaran gerakan shalat disebut raka’at. Untuk melaksanakan shalat, seseorang harus dalam keadaan suci, yang mana hal ini dapat terpenuhi dengan mandi atau setidaknya dengan berwudhu. Hal ini adalah untuk menjada kebersihan sebelum menghadap Allah SWT. Dengan bersih tubuh akan menjadi sehat. “Menjaga kebersihan adalah bagian dari iman”. Dalam Hadits menyebutkah bahwa Allah lebih mencintai mu`min yang kuat dari pada mu`min yang lemah. Serta dalam kaidah ushuliyyah dan lain sebagainya. Bila tubuh manusia tidak diberi hak sesuai ajaran agama tersebut maka akan mengalami ketidakseimbangan dalam hidup dan akan mudah terserang penyakit.

Ulama berpendapat bahwa: kesehatan tubuh didahulukan diatas sempurnanya ibadah. Itulah beberapa ungkapan agama dalam menjaga kesehatan dari timbulnya penyakit. Kesehatan dalam Islam merupakan masalah penting. Banyak ayat Al-Qur`an dan Hadist yang menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan, diantaranya berwudlu, mandi, sholat, puasa, haji, makanan halal lagi baik (bergizi), keseimbangan makanan (minuman dan udara dalam makan), kemudian diaturnya tidur untuk istirahat, siang untuk mencari penghidupan, malam untuk istirahat

Sholat merupakan ibadah mahdhah yang telah ditentukan tata caranya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Maksud ayat tersebut adalah bahwasanya shalat merupakan sebuah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu, yang tidak boleh terlambat mengerjakannya. Selanjutnya Allah memerintahkan hambanya untuk memelihara sholat-sholat fardhu Allah berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

 

فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا ۖ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 238-239).

Allah Ta’ala memerintahkan untuk memelihara, { عَلَى الصَّلَوَاتِ } “shalat” secara umum dan, { الصَّلاَةِ الْوُسْطَى } “Shalat wustha” yaitu shalat ashar pada khususnya. Memelihara shalat adalah menunaikannya pada waktunya, dengan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, khusyu’ padanya, dan seluruh hal yang wajib maupun yang sunnah. Dengan memelihara shalat kita akan mampu memelihara seluruh ibadah dan juga berguna untuk melarang dari hal yang keji dan mungkar, khususnya jika disempurnakan pemeliharaannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya, { وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ } “Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” yaitu dengan rasa rendah yang tulus ikhlas dan khusyu’, karena patuh itu adalah ketaatan yang langgeng yang dibarengi dengan kekhusyu’an.

Selain Dan firmanNya, { فَإِنْ خِفْتُمْ } “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya)”; hal yang ditakuti tidak disebutkan agar ketakutan tersebut adalah rasa takut dari perkara yang lebih umum seperti dari musuh, binatang buas, dan kehilangan suatu hal yang dikhawatirkan oleh manusia. Maka shalatlah kalian, { رِجَالاً } “sambil berjalan”, berjalan di atas kaki kalian, { أَوْ رُكْبَانًا } “atau berkendaraan” di atas kuda, unta atau segala macam kendaraan. Dan dalam kondisi seperti ini tidaklah harus menghadap kiblat.

Inilah sifat shalat orang-orang yang berhalangan karena ketakutan, lalu apabila telah berada pada kondisi yang aman, maka ia harus shalat dengan sempurna, dan termasuk dalam firmanNya, {فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ } “Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah)” dengan menyempurnakan shalat, dan termasuk di dalamnya juga adalah memperbanyak dzikir kepada Allah sebagai rasa syukur kepadaNya atas nikmat keamanan dan nikmat pendidikan yang merupakan kebahagiaan seorang hamba.

Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ilmu dan bahwa orang yang diberikan ilmu oleh Allah tentang perkara yang sebelumnya dia tidak ketahui, maka wajiblah atasnya memperbanyak dzikir kepadaNya, dan ayat ini juga merupakan tanda bahwa memperbanyak dzikir kepadaNya menjadi faktor penyebab diberikannya ilmu-ilmu yang lain, karena kesyukuran itu diiringi dengan penambahan.

Perintah sholat diperoleh secara langsung dari Allah Swt., yaitu pada saat Nabi Muhammad Saw. menjalankan Isra’ Mi’raj.Ada 5 (lima) waktu diwajibkannya sholat, yaitu sholat subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya`. Kemudian seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat sunat, diantaranya; sholat dua hari raya (idul fitri – idul adha), sholat gerhana bulan dan gerhana matahari, sholat istisqo` (minta hujan), sholat sunat rawatib ( dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum dan sesudah dhuhur, dua rakaat sebelum ashar, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya`), sholat tahiyyatul masjid (menghormati masjid), sholat akan bepergian – keluar rumah, sholat dluha, sholat setelah berwudlu, sholat istiharoh (meminta petunjuk yang baik), sholat muthlaq (tidak ditentukan waktu dan rakaatnya), dan sholat tahajjud.

Sebelum melaksanakan sholat ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Adapun syarat sah sholat (sebelum sholat dilakukan) adalah: suci dari hadast besar dan kecil, suci: badan, pakaian,dan tempat dari najis, menutup aurat, telah masuk waktu sholat dan menghadap kiblat. Yang termasuk rukun sholat (dalam melakukan sholat) adalah: niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ikhram, membaca surah Al-Fatihah, rukuk dengan tuma`ninah, sujud dua kali dengan tuma`ninah, duduk di antara dua sujud, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat nabi dan mengucapkan salam (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1996 dan Sulaiman Rasjid, 1998).

Selain itu, sholat juga harus dilaksanakan di tempat yang suci, karenanya tidak diperbolehkan melaksanakan sholat di kamar mandi, makam, di tempat pemotongan hewan dan tempat-tempat kotor lainnya. sholat dilaksanakan dengan menghadap kiblat (arah ka’bah di Mekah) jika arah tersebut dapat diperkirakan, jika arah ke kiblat tidak dapat diperkirakan maka seseorang dapat melaksanakan sholat dengan menghadap arah manapun, seakan-akan ia melakukan sholat menghadap Kiblat.

Ada beberapa hal yang diusahan agar kualitas sholat dapat diraih, diantaranya:

  1. Adanya motivasi intrinsik, niat yang didasari iman karena Allah SWT., Jangan lalai dari sholat dan jangan melakukan karena ria (ekstrinsik),

وَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

 

”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”.(QS. Al-Maa’uun(107):4-5).

  1. Pusatkan perhatian kepada Allah dan mencurahkan perhatian pada waktu sholat. Khusu` dalam keadaan bagaimanapun juga, Sholat sangat berat, kecuali bagi orang yang khusu. Sholat dilakukan dengan ketenangan (tuma`ninah), gerakan dalam sholat dilakukan dengan baik, tenang dan tidak terburu-buru (mutmainnah).
  2. Melakukan pula sholat sunnah lainnya, seperti tahajjud. Sholat tahajjud sebagai tambahan ibadah. Bangun dipenghujung malam (sholat tahajjud), mengingat Allah, berwudlu, dan kemudian mendirikan sholat dapat membuat seseorang menjadi aktif dan bergairah (Hadist).
  3. Berdoa setelah sholat dengan penuh harap dan husnuzon (prasangka baik) pada Allah dapat mempercepat dan membantu penyembuhan. QS. Al-Ghafir : 60

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

 

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.

Selain itu Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah:186.

 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

 

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

 

Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah dalam Islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnxa, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat melaksanakannya.

Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karenanya, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137)

Ibadah Shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

 

Gambaran Kehidupan

Dalam gerakan shalat, kita bisa menemukan isyarat dari simbol-simbol yang terkandung dalam shalat, yaitu filsafat gerak. Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan qiyam (berdiri diam), perlambang kejayaan (dewasa). Suatu saat kita kita harus ruku’ (umur setengah baya), kemudian bersujud (umur pun mulai uzur). Sebaliknya, ada shalat tanpa gerak, dia berdiri kemudian salam. Itulah shalat mayit. Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, tidak ada kreativitas gerak, sesungguhnya sedang berada dalam kematian. (al-Muthawi’, 2001: 87). “Static condition means death,” kata Muhammad Iqbal.

Membudayakan Shalat Aktual

Sesungguhnya, shalat yang kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudera mutiara yang mencerdaskan ruhani. Shalat menunjukkan sikap batiniyah untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada lingkungan. Bagi orang yang memahami makna sholat, sesungguhnya dia akan mengejar waktu amanat tersebut, karena dengan shalat, dia mempunyai kekuatan untuk hidup melaksanakan amanat Allah.

Sholat bukan hanya sekedar ritual formal, melainkan ada muatan aktual, yaitu bukti nyata yang dirasakan. Alangkah naifnya seseorang yang shalat, tetapi bibirnya penuh ucapan kebohongan. Alangkah tak berharganya makna shalat apabila tidak memberikan imbas untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan menjauhi yang mungkar.

Bila kita memberikan santunan kepada orang miskin, memperhatikan masa depan anak yatim dan derajat kaum lemah, sesungguhnya kita telah melengkapi sholat kita dari bentuk yang formal menjadi aktual, dari sikap perihatin menjadi perilaku. Inilah yang dimaksudkan dengan sholat kaffah, . Muatan moral yang dipresentasikan oleh shalat membekas di kalbu dan membentuk kecerdasan rohani yang sangat tajam yang kemudian melahirkan amal saleh, mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.

 

Psikologi dalam Pandangan Islam

Semerbak diskursus islamisasi sains menebar pesona dengan mencitrakan diri sebagai ilmuwan Islam yang benar. Dengan argumen historis menampilkan superioritas yang pernah diraih. Pesonanya pun seakan membangkitkan gairah para intelaktual (yang beragama) Islam untuk membangun kembali puing-puing reruntuhan. Tidak ketinggalan para muslim yang bergelut di bidang psikologi, juga turut meramaikan pengembangan ilmu pengetahuan dengan menggagas Psikologi Islam.

Namun seperti halnya gagasan islamisasi pengetahuan yang mengandung kontroversi, Psikologi Islam juga menebar aroma perdebatan antara yang pro dan kontra. Yang pro Psikologi Islam berpendapat bahwa dalam khasanah Islam pada dasarnya tidak sedikit yang membincangkan manusia sebagai objek material dari psikologi itu sendiri. Untuk itulah dengan gagasan Psikologi Islam mereka ingin menegaskan bahwa pandagan Islam lebih baik daripada konsepsi yang ada dalam hamparan Psikologi modern (barat)

Sedangkan yang menolak gagasan tentang Psikologi Islam berargumentasi hampir sma dengan penolakan terhadap islamisasi ilmu pengetahuan. Bahwa pada dasarnya konsepsi psikologi yang sudah ada tidak perlu diislamkan karena terlalu naïf jika teks keagamaan yang ada dalam Islam hanya dijadikan legitimasi pada konsepsi psikologi yang sudah ada akan berujung pada labelisasi.

Terlepas dai pro dan kontra munculnya psikologi Islam tersebut, penulis ingin mencoba menelaah ulang gagasan Psikologi Islam yang sampai saat ini pun diantara para pendukungnya sendiri masih memperdebatkan apakah menggunakan istilah Psikologi Islam, Psikologi Islami atau Psikologi Muslim. Walaupun sebenarnya cita-cita yang ingin dicapai sama, yakni menjadikan Psikologi selaras dengan nilai-nilai Islam. Dari perdebatan tersebut bisa dilihat secara sederhana tentang gagasan psikologi Islam kosong tanpa landasan epistemologi. Padahal dalam rentangan sejarah ilmu pengetahuan selalu ditopang oleh rancang bangun epistemologi.

Sejarah keilmuan Islam yang gemilang mencatat tiga corak pendekatan dalam memahami jiwa manusia.

Pertama, pendekatan Qur’ani-Nabawi dimana jiwa manusia dipahami dengan merujuk pada keterangan kitab suci al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah saw. Perbincangannya berkisar sifat-sifat universal manusia (syahwat kepada lawan jenis, properti, uang, fasilitas mewah, takut mati, takut kelaparan, pongah, pelit, korup, gelisah, mudah frustrasi), sebab maupun akibatnya (lupa kepada Allah, kurang berzikir, ikut petunjuk syaitan, tenggelam dalam hawa nafsu, hidup merana dan mati menyesal, di akhirat masuk neraka), dan beberapa karakter jiwa (nafs): yang selalu menyuruh berbuat jahat (ammarah bis-su’), yang senantiasa mengecam (al-lawwamah) dan yang tenang damai (al-mutma’innah). Perspektif ini diwakili oleh tokoh-tokoh semisal Ibn Qayyim al-Jawziyyah (w. 1350). Dalam kitabnya ar-Ruh, misalnya, diterangkan bagaimana ruh menjalar di tubuh manusia yang memungkinkannya bergerak, merasa, dan berkehendak. Ruh orang mati itu wujud dan merasakan siksa di alam kubur sekalipun jasadnya hancur.

Kedua, pendekatan Falsafi dimana pelbagai masalah jiwa dibahas menurut pandangan para filsuf Yunani kuno. Mazhab falsafi ini mulai berkembang pada abad ke-10 Masehi, menyusul penerjemahan karya-karya ilmuwan Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Para psikolog Muslim pada masa itu banyak dipengaruhi oleh teori-teori jiwa Plato dan Aristoteles. Tak mengherankan, sebab Aristoteles mengupas aneka persoalan jiwa manusia dengan sangat logis dan terperinci. Teori-teorinya tertuang dalam bukunya De Anima (tentang hakikat jiwa dan aneka ragam kekuatannya) dan Parva Naturalia (risalah-risalah pendek mengenai persepsi inderawi dan hubungannya dengan jiwa, daya hapal dan ingatan, hakikat tidur dan mimpi, firasat dan ramalan). Adapun Plato ialah filsuf yang pertama kali melontarkan teori tiga aspek jiwa manusia: rasional (berdaya pikir), animal (hewani), dan vegetatif (berdaya tumbuh).

Hampir semua filsuf Muslim yang menulis karya tentang jiwa bertolak dari pandangan Aristoteles. Mulai dari Miskawayh yang menulis kitab Tahdzib al-Akhlaq dan Abu Bakr ar-Razi pengarang kitab at-Thibb ar-Ruhani hingga Ibnu Rusyd dan Abu Barakat al-Baghdadi. Menurut mereka, jiwa manusia adalah penyebab kehidupan. Tanpa jiwa, manusia tak berarti apa-apa. Kecuali ar-Razi, semua filsuf percaya bahwa jiwa manusia itu tunggal dan sendiri. Karenanya mereka menolak teori transmigrasi jiwa dari satu tubuh ke tubuh yang lain, seperti dalam kepercayaan agama tertentu. Dalam salah satu kitabnya, Ibnu Sina menegaskan pentingnya penyucian jiwa dengan ibadah seperti shalat dan puasa. Sebab, menurutnya, jiwa yang bersih akan mampu menangkap sinyal-sinyal dari alam ghaib yang dipancarkan melalui Akal Suci (al-‘aql al-qudsi). Kemampuan semacam inilah yang dimiliki oleh para nabi, tambahnya. Jiwa para nabi itu begitu bersih dan kuat sehingga mereka mampu menerima intuisi, ilham dan wahyu ilahi (Lihat: kitab an-Nafs, ed. Fazlur Rahman, hlm 248-50 dan Avicenna’s Psychology, hlm 36-7).

Ketiga ialah pendekatan Sufistik dimana penjelasan tentang jiwa manusia didasarkan pada pengalaman spiritual ahli-ahli tasawuf. Dibandingkan dengan psikologi para filsuf yang terkesan sangat teoritis, apa yang ditawarkan para sufi lebih praktis dan eksperimental. Termasuk dalam aliran ini kitab ar-Riyadhah wa Adab an-Nafs karya al-Hakim at-Tirmidzi (w. 898) dimana beliau terangkan kiat-kiat mendisiplinkan diri dan membentuk kepribadian luhur. Menurut Abu Thalib al-Makki (w. 996), jiwa manusia sebagaimana tubuhnya membutuhkan makanan yang baik, bersih, dan bergizi. Jiwa yang tidak cukup makan pasti lemah dan mudah sakit. Semua itu diterangkan beliau dalam kitab Qut al-Qulub (‘nutrisi hati’).

Tokoh penting lainnya ialah Imam al-Ghazali (w. 1111 M) yang menguraikan dengan sangat memukau aneka penyakit jiwa dan metode penyembuhannya. Penyakit yang diderita manusia ada dua jenis, ujarnya, fisik dan psikis. Kebanyakan kita sangat memperhatikan kesehatan tubuh tetapi jarang peduli dengan kesehatan jiwa. Bagaimana cara mengobati penyakit-penyakit jiwa seperti egoisme, serakah, phobia, iri hati, depresi, waswas, dsb beliau jelaskan dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ ‘Ulumiddin. (Lihat juga: Amber Haque, “Psychology from Islamic Perspective: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists,” Journal of Religion and Health 43/4 [2004], hlm 357-77).

Di abad modern, upaya-upaya untuk menyelami lautan ilmu psikologi Islam dan “menjual mutiara-mutiara”nya brilian masih terkendala oleh beberapa hal. Selain sikap prejudice terhadap khazanah intelektual Islam di satu sisi, dan sikap fanatik terhadap psikologi Barat modern yang nota bene sekular-materialistik di sisi lain, penguasaan bahasa Arab merupakan conditio sine qua non (syarat mutlak) untuk bisa menjelajahi literatur psikologi Islam yang sangat kaya namun belum terjamah itu. Psikolog muslim tinggal memilih mau terus-terusan merujuk Freud, Skinner, Maslow, Ellis, dsb atau belajar dari para ahli psikologi Islam.

 

Hakekat Kejadian Manusia

Menurut bahasa artinya kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, dan rahasia. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Pengertian Manusia

Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :

innama anaa basyarun mitlukum

“sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”.

Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering seperti ayah al Hijr ayat 33 :

قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”

Selain itu dalam surah al-ruum : 20 Allah berfirman

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah seperti dalam surah al-ahzab : 72.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27

وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

 

Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

 

Pengertian manusia menurut para ahli

  • NICOLAUS D. & A. SUDIARJA

Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

  • ABINENO J. I

Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”

UPANISADS

Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik

  • I WAYAN WATRA

Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa

 

  • OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

  • ERBE SENTANU

Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain

  • PAULA J. C & JANET W. K

Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.

Pengertian manusia menurut agama islam

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:

  1. Jasmani, Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
  2. Ruh, Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
  3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan.

Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.

Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

Menurut Dr. Marzuki, M.Ag, al-Quran tidak membicarakan proses kejadian manusia secara detail, sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmu biologi atau ilmu kedokteran. Namun demikian, al-Quran memberikan isyarat mengenai asal kejadian manusia yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, khususnya biologi.

Allah menceritakan dalam al-Qur’an tentang kejadian manusia, antara lain pada surat berikut ini. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan O Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” QS. al-Alaq [96] 1-2

Juga dalam surat al-Mu’minun : 12-14, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah o Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) o 14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Menurut Alfat (1997: 17-19), manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat dan disentuh oleh panca indera. Jasmani merupakan bagian manusia yang melakukan gerakan-gerakan fisik, seperti bernafas, makan, minum, dan sebagainya. Sedangkan, rohani merupakan unsur yang tak dapat dilihat dan disentuh oleh kelima indera manusia, yang dapat mendorong manusia untuk melakukan aktifitas berfikir. Dari aktifitas berfikir inilah manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan mana yang salah. Bahkan untuk lebih sempurnanya, manusia diberi bentuk tubuh yang bagus di antara makhluk-makhluk lainnya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

 

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. at-Tiin [95]: 4).

Menurut pandangan Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu suci dari dosa. Menyitir sebuah hadits, tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrah,maka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi atau Kristen, atau agama Majusi (penyembah api) (HR. Muslim).

Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

Dalam al-Qur’an, manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam alam semesta ini. Dia adalah khalifah atau pemimpin di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ َ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Allah memberikan kepercayaan yang besar kepada manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Manusia diberi keleluasaan mengolah alam ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan penduduk di muka bumi itu sendiri.

 

Tugas Pokok Manusia

Allah menciptakan manusia agar mengabdi kepada-Nya. Dalam surat adz-Dzariyat : 56 disebutkan,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Mengutip pendapat Abul Majid al-Zandaniy (1991: 23) Pengabdian kepada Allah harus ditempatkan di atas segalanya, karena pengabdian kepada Allah merupakan jalan hidup yang benar. Kehidupan di dunia bersifat sementara, sedangkan tujuan akhirnya adalah kehidupan akhirat, yakni menghadap Illahi. Pengabdian kepada Allah, harus disadari oleh manusia sebagai tugasnya yang pokok, agar manusia memperoleh kebaikan hidup di akhirat kelak.

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39):

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

3. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA

Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia mempunyai kelebihan . Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah (QS. Al-an’am:165). Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.

A. Tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu allah. Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.

Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara suka rela, karena allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah allah ciptakan.

B. Fungsi dan peran manusia

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.

Peran Manusia Menurut Islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

  1. Belajar surat An naml : 15-16

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman”. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.

Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

  1. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah.Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antanya adalah:

· Belajar

· Mengajarkan ilmu

· Membudayakan ilmu

Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT

  1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.

Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

  1. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta pegolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

 

Shalat dalam perpektif psikologi

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmusesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (al-Baqarah :152)”

 

اُتْلُ مَآ اُوحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَاَقِمِ الصَّلَوةَ صلى اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِقلى وَلَذِكْرُ اللهُ اَكْبَرُقلى وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Artinya : “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Ankabut [29]: 45).

Shalat merupakan suatu ibadah dengan gerakan yang unik, banyak penelitian tentang sholat, salah satunya secara tidak sadar ketika kita melakukan shalat dengan baik maka secara tidak lansung kita telah berolahraga, jika kita perhatikan baik-baik tentang gerakan shalat, adalah memang shalat merupakan gerakan olahraga, dengan mengangkat tangan, kemudian membungkuk (ruku’) dan bersujud, setiap gerakan shalat mempunyai fungsi yang berbeda-beda, misalnya ketika sujud, maka aliran darah sebagian besar akan mengalir dari jantung ke otak. Jika kita tidak shalat pernahkah kita sujud dan mengalirkan darahdari jantung ke otak. Selain itu dengan shalat kita akan berhadapan lansung dengan Allah, dimana semua pengaduan dan permasalahan kita, kita adukan kepada Allah dan dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang.

Selain itu Allah menyuruh kita sabar dalam shalat, jangan tergesa-gesa, dikarenakan dengan sabar manusia mendapatkan manfaat shalat sangat besar dalam kehidupan umat manusia, sehingga jika melaksanakan shalat tergesa-gesa maka tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa, tapi ketika melakukan shalat dengan tenang dan khusu’ serta memaknai ucapan-ucapan dalam shalat maka maknanya sangat luar biasa dan berupa do’a, baik secara fisik maupun psikis. Dengan shalat kita dapat mengerjakan yang makruf dan mencegah yang munkar, dengan shalat kita akan dapat mengendalikan hawa nafsu, dengan shalat hati akan menjadi tenang.

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. Ar-ra’d :28)”.

Shalat yang membawa perubahan sikap fisik tertentu memiliki 4 manfaat, yaitu spiritual, psikologis, fisik, dan moral. Shalat dapat menyembuhkan penyakit perut, jantung, dan usus. Ada tiga alasan mengapa sholat dapat menyembuhkan penyakit:

  1. Shalat merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah
  2. Shalat memiliki manfaat psikologis karena bisa mengalihkan perhatian pikiran dari rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Para dokter mencoba berbagai cara untuk memperkuat kemampuan (alamiah) ini dengan memberi makan sesuatu, atau membayangkan harapan, atau membayangkan ketakutan. Shalat (dengan ikhlas dan khusu’) menghimpun berbagai cara yang bermanfaat ini karena shalat secara serentak menanamkan rasa takut, rasa hina, cinta kepada Allah dan mengingat hari akhir.
  3. Di samping konsentrasi pikiran dalam shalat, terdapat pula latihan fisik dalam sholat. Shalat terdiri dari serangkaian gerak tubuh yang meliputi berdiri tegak, ruku’, sujud, relaksasi dan konsentrasi, serta sebagian besar organ tubuh dalam kondisi relaks.

Selain itu Allah melarang orang untuk melaksanakan shalat dalam keadaan mabuk. Hal ini dikarenakan jika seseorang mabuk mereka tidak akan mengerti apa yang mereka ucapkan, hal ini salah satu untuk mencegah dari mabuk-mabukan, dikarenakan shalat dilaksanakan 5 kali sehari maka tidak ada waktu untuk mabuk-mabukan sehingga mencegah dari mabuk-mabukan.

Selain itu pentingnya shalat bahwa sehingga jika seseorang tidak bisa shalat berdiri maka, di suruh duduk, jika tidak bisa duduk maka berbaringlah, jika tidak bisa berbaring maka dengan isyarat, jika tidak bisa isyarat maka dengan gerakan mata, jika tidak bisa semuanya untuk melakukan shalat, maka di shalatkan. Bahkan ketika melakukan shalat tidak mendapat air maka di bolehkan dengan tayamum (dengan debu).

Dalam shalat juga Allah memberikan pahala yang besar bagi yang shalat. Seperti firmannya : dalam ayat al-Qur’an

Artinya : “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (Q.S. Al Maidah: 6 )

Dalam shalat juga kita ajarkan untuk kesucian dan kebersihan dimana ketika junub diwajibkan mandi, setiap sebelum shalat kita diwajibkan untuk berwhudu hal ini berdasarkan firman Allah dalam Q . S. Al Maidah : 6

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

 

Shalat Serta Pengaruhnya dalam Jiwa

Shalat merupakan media komunikasi antara sang Khalik dan seorang hamba. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat. Selain itu, shalat bisa menjadi media untuk mengungkapkan apapun yang dirasakan seorang hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis, secara sederhana berarti mencurahkan segala apa yang terpendam dalam diri, positif maupun negatif. Maka, shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang menjadi tentram hatinya.

Beberapa sebab utama dari terjadinya problem kejiwaan adalah kebencian pada diri sendiri, ketidakmampuan untuk bersabar dalam musibah, kegagalan, kekhawatiran terhadap masa depan, dan khayalan seolah-olah kehidupan ini tidak punya tujuan akhir. Semua sebab tersebut pada dasarnya bersumber pada ketakutan dan kecemasan.

Ketakutan dan kecemasan adalah dua musuh utama bagi problem dan kesehatan jiwa. Tak ada yang lebih berbahaya bagi keseimbangan jiwa daripada kecemasan terhadap ketidakpastian masa depan. Hanya dengan keimanan manusia tidak akan terlalu cemas, karena sebenarnya manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Masa depan yang akan datang hanya diketahui oleh yang empunya.

Masalah kecemasan (anxiety) dan kegelisahan (rest lessness) merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan gangguan kejiwaan (neurosis). Cemas adalah suatu ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Ia biasanya muncul bila manusia berada dalam suatu keadaan yang ia duga akan merugikan dan ia rasakan akan mengancam dirinya, dimana manusia merasa tidak berdaya menghadapinya karena yang ia cemaskan itu belum terjadi, maka rasa cemas itu sesungguhnya merupakan ketakutan yang ia ciptakan sendiri.( Bustaman, 1995)

Kecemasan dan kegelisahan yang dapat menyebabkan seseorang menderita neurosis atau masalah kejiwaan adalah karena perasaan tersebut selalu menguasai semua perjalanan hidupnya. Maka menjadikan keadaan jiwa yang tidak tenang dan tidak tentram adalah merupakan terapeutik yang pokok dan penting.

Najati mengemukakan bahwa keadaan tentram dan jiwa yang tenang akan didapatkan manakala orang dalam keadaan kekhusyu’an menjalankan ibadah shalat, sebagaimana pendapat Abu al-‘Aza’im yang dikutipnya:

“…Dalam shalat manusia berdiri dengan khusyu’ dan tawadhu’ kepada Allah penciptanya dan pencipta seluruh alam semesta. Dengan tubuh yang kecil dan lemah, ia berdiri dihadapan Allah, yang menguasai segala sesuatu, mengendalikan setiap atom dalam wujud, mengatur segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang menentukan kehidupan dan kematian, memberikan rizki, yang dengan perintah-perintah-Nya segala qodho, qodhar dan segala sesuatu yang menimpa kita baik kebaikan maupun bencana yang terjadi.

Berdirinya manusia dihadapan Allah dengan khusyu’ dan khudu’ akan membekalinya suatu tenaga rohani yang menimbulkan dalam diri perasaan yang tenang, jiwa yang damai, dan kalbu yang tentram. Sebab dalam shalat yang dilakukan dengan semestinya, manusia mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dengan semua kesibukan dan problem-problem dunia dan tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah dan ayat al-Qur’an yang dibacanya. Keterpalingan penuh dari berbagai persoalan dan problem kehidupan, dan tidak memikirkan selama shalat, dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia itu keadaan yang tentram, jiwa yang tenang dan pikiran yang bebas dari beban-beban…”

Jadi jelas disini bahwa seorang yang melakukan shalat dengan benar maka ia menjadi manusia yang tentram dan memiliki jiwa yang tenang, dan manakala sudah tercapai ketentraman dan ketenangan dalam jiwa maka ia terhindar dari segala permasalahan psikisnya dan bagi yang memiliki problem kejiwaan dengan melakukan shalat yang benar ia akan menjadi tenang dalam menghadapi problemnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu al-‘Aza’im diatas.

William James mengungkapkan bahwa munculnya kecemasan dan keresahan yang dialami manusia adalah karena kegagalan dalam mengaktualisasikan potensi-potensi kekuatan yang ada dalam dirinya, maka dengan shalat, disamping akan membebaskan tenaga psikis manusia dan berbagai ikatan kegelisahan, ia akan juga membekali manusia dengan kekuatan rohaniah yang dapat memperbaharui hidupnya, menguatkan keimanannya, serta memberi kekuatan yang luar biasa yang memungkinkan manusia sanggup menanggung berbagai derita dan melaksanakan karya-karya dalam hidupnya. Sebab orang yang sedang menjalankan shalat, ia sedang dalam kesatuan rohani dengan Tuhannya, serta berada dalam limpahan percikan rohani Tuhannya. Yang kemudian akan menjadi kekuatan bagi manusia dalam mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya yang tersembunyi.

Shalat merupakan aktifitas seorang muslim dalam rangka menghadapkan wajahnya kepada Allah sebagai Zat yang Maha Suci. Maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinyu, akan menjadi alat pendidikan rohani yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa manusia serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak shalat itu dilakukan dengan kesadaran dan bukan dengan keterpaksaan, maka semakin banyak pula rohani dilatih menghadapi Zat Yang Maha Suci, efeknya akan membawa kesucian rohani dan jasmani. (Depag RI 2008)

Menurut Basyaral Shalat adalah pelatihan mengekang nafsu syahwat, membersihkan jasmani dan rohani dari sifat-sifat dan perilaku tercela serta dari perbuatan maksiat, keji, dan munkar. Firman Allah dalam surat al-Ankabut (29): 45

اتل مااوحي اليك من الكتب واقم الصلوة ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكرالله اكبر والله يعلم ما تصنعو نَ

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut Muhsin (1990) disinilah ayat sesungguhnya shalat mencegah kemungkaran memiliki pengertian yang lebih jelas. Ayat ini hendak mengatakan bahwa melaksanakan kewajiban shalat dapat mencegah kebobrokan dalam masyarakat Islam. Apabila shalat dilakukan dengan tekun dan benar, seseorang akan maksum dari dosa, bebas dari kesalahan dan pelanggaran apalagi ditunjang oleh kesabaran yang aktif, dan perjuangan yang gigih dan positif, maka akan menjadikan sarana mengatasi kesulitan hidup. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah (2):45

واسْتَعِيْنو ا بالصبر َوالصلوةِ وانها لكبيرة الا على الخشعينَ

Artinya: “Jadikalah shalat dan sabar sebagai penolongmu. Dan yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ ”

Ayat diatas memberikan isyarat kepada manusia agar konsisten dalam mengerjakan shalatnya. Sehingga dirasakan benar dampak dari ia melakukan shalat. Dampak lain yang ditimbulkan shalat dalam kaitannya dengan proses terapeutik adalah terbentuknya jiwa sosial yang sehat, dampak ini secara signifikan terdapat dalam pelaksanaan shalat jama’ah. Anjuran agama Islam untuk sering dan mengutamakan shalat jama’ah disamping shalat sendirian (munfarid) akan lebih memberikan peluang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya dimana ia tinggal. Sosialisasi diri dalam jalinan persahabatan ini akan membantu klien dalam mengembangkan kepribadian dan kematangan emosionalnya.

Disamping itu salah satu yang harus diperhatikan dalam segenap prosesi shalat adalah tindakan mengambil air wudlu (berwudlu). Dalam prosesi ini seseorang bukanlah sekedar membersihkan tubuh belaka dari segala kotoran yang melekat padanya, serta dapat membantu mengistirahatkan organ-organ tubuh (fisiologis) dalam fase-fase tertentu dalam kesibukan kerja hariannya, melainkan dengan melaksanakan wudlu yang semestinya, akan membuat seseorang mukmin merasa bahwa diri dan jiwanya menjadi bersih, serta membersihkan dari segala kesalahan-kesalahannya. Sebuah hadits menyebutkan:

Artinya: “ Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudlu, maka ketika ia membasuh mukanya, keluarlah segala kesalahan yang diperbuat kedua matanya dengan tetes terakhir air itu. Kemudian apabila ia membasuh kedua tangannya keluarlah segala kesalahan yang dilakukan keduanya bersama tetes yang terakhir air itu. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah segala kesalahan yang dilakukan keduanya bersama dengan tetes terakhir air itu, hingga ia bersih dari dosa-dosa.”

Perasaan bersihnya tubuh dan jiwa yang selalu ia dapatkan dari wudlu akan mempersiapkan manusia untuk mengadakan hubungan rohani dengan Allah dan menghantarkannya kepada keadaan tubuh dan jiwa yang tenang dalam shalat dan segenap prosesi lainnya, yang akhirnya menjadikan manusia yang benar-benar siap dan mampu mengatasi dan memproteksi diri dari segala problem jiwa.

Dalam sebuah majalah di London menurunkan laporan tentang hasil penelitian terhadap kondisi sebagian masyarakat; antara orang-orang yang rutin melakukan ritual ibadah dengan mereka yang acuh terhadap ritual ibadah hasilnya adalah mereka yang tidak terbiasa dan tidak rutin melakukan ritual ibadah lebih banyak memiliki tekanan darah lebih tinggi, memiliki hati yang tidak sehat dan memiliki penguasaan emosi yang labil dibandingkan dengan mereka yang biasa melakukan ritual ibadah.

Juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Abdurrahman Al-Umari  menemukan beberapa rahasia dan manfaat shalat, baik ditinjau dari kesehatan fisik maupun bathin. Beliau mengatakan: Seorang yang senatiasa melaksanakan shalat akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa. Kondisi jiwa yang tenang dan tenteram akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan produksi hormon dalam tubuh. Keseimbangan antara jasmani dan rohani akan membuat organ tubuh seseorang bekerja dengan baik. Kondisi seperti ini akan memperlambat proses penuaan yang terjadi pada organ tubuh.

Pernyataan ini juga dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa 36 % dari mereka yang melakukan ritual keagamaan memiliki kondisi yang lebih bagus dibandingkan dengan mereka yangtidak melakukan ritual keagamaan. Sementara mereka yang tidak melakukan ritual keagamaan, hanya 26 % saja yang memiliki kondisi kesehatan yang bagus. Juga dalam penelitian, sujud yang dilakukan seorang muslim sebanyak 4 kali dalam sehari memiliki pengaruh yang sangat baik bagi kesehatan fisik seseorang. Gerak yang dilakukan dalam sujud akan memperkuat tulang dan otot terutama otot paha, tumit, dan kaki.

Gerak yang dilakukan dalam shalat juga berfungsi memperkuat ketahanan fisik dari berbagai macam penyakit, terutama nyeri persendian, tulang dan reumatik. Selain itu, gerakan sujud yang dilakukan oleh seorang muslim dalam shalatnya juga akan membuat peredaran darah menjadi lancar terutama peredaran darah dari arah atas menuju bawah.

Selain itu, juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Faris Aazuri ahli penyakit urat syaraf dan persendian yang bekerja di salah satu universitas di Amerika menyatakan: Sesungguhnya shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin, yang di dalamnya terdapat gerakan rukuk dan sujud memiliki manfaat yang besar. Kedua gerakan tersebut berfungsi untuk menguatkan punggung dan mampu melenturkan urat-urat yang ada di sekitar punggung. Hal ini akan lebih dirasakan manfaatnya jika seseorang melakukan shalat sejak usia dini.

Kebiasaan melaksanakan shalat akan mencegah seseorang terserang penyakit yang disebabkan oleh melemahnya urat. Kondisi urat yang lemah ini akan mengakibatkan timbulnya rasa sakit yang luar biasa. Juga dalam penuturan Dr. Mushthafa Al-Haffar mengatakan: Posisi sujud memiliki pengaruh dan manfaat yang sangat besar bagi rahim kaum ibu. Selain itu, gerakan sujud yang biasa dilakukan kaum muslimin dalam shalatnya juga memiliki manfaat yang besar. Di antaranya adalah menekan udara yang ada dalam perut menuju mulut. Kondisi yang demikian sangat bagus bagi kesehatan seseorang. Juga gerakan yang dilakukan pada waktu ruku’ akan dapat menguatkan otot perut, dan juga sangat bermanfaat bagi pencernaan seseorang.

Kemudian pada salah satu hasil penelitian dunia kesehatan menyimpulakan bahwa gerakan ruku’ dan sujud dalam shalat yang dilakukan dalam jangka waktu yang agak lama memiliki manfaat yang sangat bagus terhadap kesehatan hati dan urat nadi. Juga gerakan-gerakan dalam shalat berfungsi untuk mengurangi resiko terganggunya kenerja hati yang saat ini banyak diderita oleh masyarakat Barat yang non muslim.

Baru-baru ini dilakukan penelitian di Prancis, pada penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 18 hingga 20 % masyarakat Prancis menderita nyeri tulang dan nyeri punggung. Hal ini diseebabkan oleh kebiasaan mereka yang duduk terlalu lama di kantor. Penelitia tersebut juga menyimpulkan bahwa shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin merupakan cara terbaik agar seseorang dapat terhindar dari penyakit punggung

Keterkaitan Shalat dan Akhlak

Shalat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karenanya, shalat dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137)

Ibadah Shalat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam shalat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Selain itu shalat juga merupakan sebuah terapi yang ampuh jika seseorang mempraktekkannya dengan sempurna, jika seseorang mempraktekknya dengan sempurnya maka orang itu akan menjadi mutaqin (orang-orang yang bertakwa). Tingkatan tertinggi dalam Islam setelah beriman.

Menurut Rahman dan Muthahari (2007) menjelaskan tentang akhlak yang terkandung makna shalat adalah

Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu.

Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum.

Ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi.

Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah.

 

Filsafat shalat sebagai Gambaran Kehidupan

Dalam gerakan shalat, kita bisa menemukan isyarat dari simbol-simbol kehidupan yang terkandung dalam shalat, yaitu filsafat gerak. Seorang pribadi muslim harus bergerak, harus dinamis, karena tidak selamanya hidup ini akan qiyam (berdiri diam), perlambang kejayaan (dewasa). Suatu saat mau tidak mau kita harus ruku’ (umur setengah baya), kemudian semakin kita akan semakin dan akhirnya bersujud (umur pun mulai uzur) dan salam yang merupakan salam perpisahan dengan dunia. Sebaliknya, ada shalat tanpa gerak, dia berdiri kemudian salam. Itulah shalat mayit. Ini seakan memberikan isyarat bahwa pribadi yang statis, tidak ada kreativitas gerak, sesungguhnya sedang berada dalam kematian. (al-Muthawi’, 2001: 87).

 

Sholat Sebagai Terapi yang ampuh dalam menyembuhkan penyakit fisik dan psikis

 

Banyak penyakit diakibatkan dari pola hidup yang tidak sehat dan tidak seimbang, sehingga tubuh mudah terkena penyakit. Ditambah lagi dengan gaya hidup moderen menambah kuantitas dan kualitas penyakit, diantaranya penyakit gula, darah tinggi, jantung, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit masyarakat di zaman ini memiliki masalah psikologis, seperti cemas, stres, panyakit psikosomatis, bahkan penyakit yang paling parah kata Nabi Muhammad SAW. adalah penyakit wahan (terlalu cinta pada dunia dan takut mati). Al-Qorni (2005) menyatakan generasi saat ini adalah generasi yang sedang menderita sakit kejiwaan.

Menurut Ancok (1994) bahwa ada jenis penyakit yang belum diketahui dasar fisiologisnya. Penyakit ini menimbulkan dampak psikologis. Perasaan sakit sulit dinyatakan secara obyektif. Intensitas rasa sakit tergantung pada interpretasi masing-masing orang yang mengalaminya. Selain itu Ancok (1995) juga mengatakan bahwa perasaan sakit dapat disebabkan oleh luka luar atau luka dalam atau kondisi lainnya. Perasaan sakit memiliki rasa nyeri pada badan. Perasaan sakit sangat berhubungan hubungan rasa nyeri. (dalam Prawirohusodo, 1994) memberikan definisi nyeri, bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan tubuh. Menurut beberapa ahli psikolog bahwa rasa nyeri yang dialami ketika sakit adalah proses emosi (Prawirohusodo, 1994). Dalam definisi tersebut terdapat makna psikologis dalam perasaan sakit. Secara psikologis rasa sakit merupakan persepsi emosional dari kerusakan jaringan pada tubuh.

Dalam pemberian makna di otak terhadap nyeri yang datang merupakan kegiatan yang berjalan secara alamiah dan merupakan proses otomatis, sehingga setiap orang hampir tidak menyadarinya. Interpretasi ini sangat berhubungan dengan aktivitas perhatian (attention) yang dilakukan orang pada rangsang. Bila perhatian tertuju pada rangsang itu dengan kuat, maka akan menimbulkan persepsi kuat pula. Sebagaimana pula hal tersebut terjadi pada persepsi perasaan sakit.

Akhir-akhir ini dikembangkan pendekatan psikologis untuk menyembuhkan rasa sakit. Beberapa pendekatan telah diusahakan berupa pendekatan kognitif, relaksasi, meditasi dan lain sebagainya. Secara rinci Ancok (1995) memberikan pengertian beberapa pendekatan dalam menangani rasa sakit berupa;

  1. Pendekatan Bio-feedbeck. Teknik ini dipakai untuk mengontrol kerja sistim saraf para simpatikus seperti detak jantung dan tekanan darah. Detak jantung atau tekanan darah tersebut dirubah dalam sinyal suara (tone) melalui sebuah alat elektronik, yang kemudian diperdengarkan pada sipasien. Sinyal suara tersebut dapat diatur oleh sipasien dengan ‘kehendaknya’ melalui konsentrasi pikiran, pengaturan pernafasan, dan pemblokiran semua suara yang masuk. Dengan latihan-latihan sipasien dapat menurunkan tekanan darahnya, atau detak jantungnya. Alat ini berfungsi ganda dalam menghilangkan rasa sakit yakni melalui penurunan kecemasan dan pengalihan perhatian dari rasa sakit.
  2. Relaksasi. Relaksasi adalah upaya untuk menurunkan ketegangan emosi yang dilakukan dengan berbagai cara. Berbagai teknik seperti meditasi, yoga, dan latihan kejang-kendor otot dapat mengurangi rasa sakit, karena teknik tersebut dapat menurunkan kecemasan yang ditimbulkan oleh rasa sakit.
  3. Hipnosis. Kondisi ‘trance’ dalam hipnosis dapat menyebabkan orang melupakan rasa sakit. Khusunya rasa sakit yang akut seperti sakit melahirkan, cabut gigi, atau luka kena pisau.
  4. Pengalihan perhatian. Memperdengarkan musik, atau menonton acara (TV) yang menarik di ruang praktek dokter gigi akan mengurangi perhatian pada rasa sakit di saat gigi sedang dicabut oleh dokter.
  5. Guided Imagery. Si pasien yang sedang merasakan sakit dimintä untuk membayangkan hal-hal yang indah, seperti suasana damai secara terus menerus.
  6. Placebo.Obat-obatan yang sebenarnya tidak berkhasiat untuk mengobati sakit, bila diyakini oleh pasien sebagi obat penghilang rasa sakit akan mampu menurunkan rasa sakit. Efek placebo inilah yang menurunkan rasa sakit.

Beberapa pendekatan psikologis yang telah dikemukakan tersebut memiliki kelemahan dalam hal materi yang disampaikan dalam proses terapi. Hasil yang diperoleh dari proses terapi tersebut hanya menurunkan ketegangan emosi secara fisik dan sementara. Aspek spiritual dalam materi terapi tidak digunakan, sehingga hasilnya tidak berjalan secara maksimal. Banyak pasien yang telah diterapi, namun beberapa saat setelah itu sakitnya terasa kembali.

Ilmu psikologi yang diharapkan ikut andil dalam pemecahan atau penyelesaian masalah ini nampak “kurang“ dapat berperan. Hal ini dapat dipahami karena psikologi telah kehilangan “ruhnya”, yaitu psikologi telah jauh dari nilai-nilai agama. Hal ini seperti telah dikemukan oleh Erich Fromm yang dikutip oleh Najati (dalam Haryanto, 1999) bahwa psikologi telah kehilangan makna, karena telah meninggalkan hal esensi yaitu “dimensi ruh”. Bahkan menurut Rahmat (dalam Kartono dan Andari, 1989) ada beberapa psikolog yang kurang simpatik pada agama. William James menganggap tokoh agama sebagai makhluk yang mempunyai sensibilitas emosional yang luar biasa. Para Nabi dan orang-orang suci menurut pemikiran James memiliki perasaaan yang berlebih-lebihan, melankolis, mengidap halusinasi dan delusi yang menyesatkan, mendengar atau melihat sesuatu yang khayali. Selanjutnya Sigmund Freud menganggap agama sebagai gejala neurosis obsesi yang universal. Sedang Anton P. Baisen berteori bahwa agar orang bisa menghayati agama lebih baik, dia harus melewati tahap schizophrenia lebih dahulu. Oleh karena itu saatnya Psikologi Islami menjadi acuan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Sholat sebagai Terapi yang ampuh

Banyak ahli yang telah mengkaji mengenai aspek terapeutik sholat dan makna secara psikologis dari sholat, misalnya Adi (1985), Daradjat (1979), Ancok (1989), Haryanto (1993; 1994), Shihab (1992), Saboe (1986), Najati (1985) dan masih banyak lagi.

Seperti yang diungkapkan oleh Jamaluddin Ancok dan Fuad Anshori Suroso, dalam bukunya “Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi”,ada 8 aspek yang terdapat dalam ibadah shalat, antara lain:

1. Aspek olah raga.

Shalat adalah proses yang menuntut suatu aktivitas fisik. Konsentrasi otot, tekanan dan “message” pada bagian otot tertentu dalam pelaksanaan shalat merupakan suatu proses relaksasi yang merupakan salah satu teknik yang banyak dipakai dalam proses penyembuhan gangguan jiwa.

Kalau kita perhatikan gerakan shalat, maka mengandung unsur gerakan-gerakan olah raga. Mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk akhir (atahiyat) sampai mengucapkan salam. Semua gerakan tersebut akan memberikan manfaat bagi kesehatan otot-otot dan persendian di dalam tubuh kita.

Dalam shalat, dalam satu hari paling sedikit kita melaksanakan tujuh belas rakaat yang terdiri atas sembilan belas posisi yang terpisah pada tiap-tiap rakaatnya. Total ada 119 postur per hari atau 3.570 postur per bulan atau 42.840 postur per tahun. Rata-rata umur orang dewasa empat puluh tahun, maka telah melakukan 1.713.600 postur. Siapapun yang melaksanakan akan terlindung dan tercegah dari penyakit ringan dan berat.

Lekrer melaporkan bahwa gerakan-gerakan otot-otot pada training relaksasi tersebut dapat mengurangi kecemasan.Nizami mengatakan bahwa shalat yang berisi aktivitas yang menghasilkan bio-energi akan menghantarkan dalam situasi equilibrium antara jiwa dan raga. Eugene Walker (1975) melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa olah raga dapat mengurangi kecemasan jiwa. Kalau dikaitkan dengan shalat yang penuh dengan aktivitas fisik dan rokhani, khususnya shalat yang banyak rakaatnya (shalat tahajud), maka tidak dapat dipungkiri bahwa shalat pun akan dapat menghilangkan kecemasan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara keteraturan menjalankan shalat dengan tingkat kecemasan. Makin rajin dan makin teratur orang melakukan shalat maka makin rendah tingkat kecemasannya.

2. Aspek meditasi

Meditasi adalah usaha pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Kalau dalam ibadah shalat adalah untuk mencapai kekhusukan demi mendapat ridlo Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Meditasi secara umum, dapat mengurangi kecemasan telah diselidiki oleh tokoh-tokoh sarjana Barat, seperti pada penyelidikan Zen Meditation dan kemudian pada penyelidikan Trancendental Meditation.

Ancok (1989) mengatakan bahwa shalat merupakan proses yang menuntut “konsentrasi” yang dalam. Setiap muslim dituntut untuk melakukan hal tersebut yang di dalam bahasa Arab adalah ‘khusyuk’. Kekhusyukan di dalam shalat tersebut adalah meditasi.

Shalat seperti meditasi mempunyai efek yang mu’jizat terhadap seluruh sistem tubuh kita seperti syaraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan, pengeluaran, otototot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain. Shalat juga sebagai meditasi yang dapat melepaskan diri dari kesibukan dunia yang mencemaskan, untuk masuk ke dalam suasana tenang walau sesaat pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara teratur, untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dapat mengurangi kecemasan.

Selain itu shalat adalah proses yang menuntut konsentrasi yang dalam yang di dalam bahasa arab disebut khusyu’. Kekhusyukan di dalam shalat adalah proses meditasi. Beberapa hasil penelitian tentang pengaruh meditasi membuktikan bahwa meditasi dapat menghilangkan kecemasan. Kalu dikaitkan dengan shalat yang juga berisikan meditasi maka shalat pun akan dapat menghilangkan kecemasan bahkan dapat menyembuhkan penyakit fisik.

Cerita sahabat Ali yang tertusuk anak panah dalam salah satu peperangan, yang panahnya dicabut di saat beliau sedang shalat, membuktikan hal ini. Ali mengatakan bahwa beliau tidak merasa sakit ketika anak panah dicabut. Hasil penemuan ilmiah di bidang ilmu fisiologi yang disebut “gate system theory” ternyata mendukung kebenaran peristiwa tersebut. Dalam “gate system theory” dikatakan bahwa rangsangan rasa sakit dapat dihambat datangnya ke otak dengan adanya proses perangsangan lain yang dalam kasus sayidina Ali adalah kekhusukannya dalam shalat.

3. Aspek auto-sugesti (self-hipnosis)

Bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon ampun, doa, maupun permohonan yang lain, sesuai dengan arti shalat itu sendiri yaitu doa. Teori hipnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata itu berisikan suatu proses auto-sugesti.Mengatakan hal-hal yang baik terhadap diri sendiri adalah mensugesti diri sendiri agar memiliki sifat yang baik tersebut. Proses shalat pada dasarnya adalah terapi yang tidak berbeda dengan terapi self-hypnosis.

Bacaan dalam shalat di samping berisi pujian kepada Allah juga berisi doa kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat. Ditinjau dari teori hipnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata itu berisikan suatu proses auto suggesti.Mengatakan hal-hal yang baik terhadap diri sendiri adalah mensugesti diri sendiri agar memiliki sifat yang baik. Proses sholat pada dasarnya adalah terapi yang tidak berbeda dengan terapi “self hyposis”.

 

4. Aspek Kebersamaan

Mengerjakan shalat sangat disarankan oleh agama untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Bila ditinjau dari segi psikologi, kebersamaan itu sendiri mengandung aspek terapeutik. Beberapa ahli Psikologi mengatakan bahwa perasaan “keterasingan” dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa, dengan shalat berjamaah perasaan terasing dari orang lain itu akan hilang.

Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan keterasingan dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa. Dengan shalat berjamaah perasaan terasing dari orang lain itu dapat hilang.

Kajian-kajian mengenai ibadah sholat yang dilakukan selama ini masih memiliki kelemahan pada aspek penerapannya secara kualitas, yang masih melihat sisi psikologisnya saja atau sebaliknya hanya melihat sisi agamanya saja.

Sikap atau pikiran yang tenang dan optimis ternyata mampu mempengaruhi proses penyembuhan penyakit lebih cepat, maka alternatif yang dapat kita tempuh untuk menciptakan kondisi yang demikian ini salah satunya adalah shalat yang ikhlas dan khusu’. Dengan shalat yang ikhlas dan khusu’, insya Allah akan mampu mendatangkan pikiran yang optimis dan jiwa yang tenang.

5. Aspek Relaksasi otot

Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat. Kontraksi otot dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat itu menyerupai proses relaksasi otot yang dapat mengurangi kecemasan, tidak dapat tidur, mengurangi hiperaktivitas pada anak, mengurangi toleransi sakit dan membantu mengurangi merokok bagi para perokok yang ingin sembuh atau berhenti merokok.

6. Aspek Relaksasi kesadaran indera

Relaksasi kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membayangkan pada tempat-tempat yang mengenakkan. Saat shalat seseorang seolah-olah terbang ke atas (ruh), menghadap kepada Allah secara langsung tanpa ada perantara. Setiap bacaan dan gerakan senantiasa dihayati dan dimengerti dan ingatannya senantiasa kepada Allah.

 

7. Aspek Pengakuan dan penyaluran

Dalam shalat, individu bisa langsung berdialog dengan Sang Pencipta, TuhanYang Maha Mengetahui. Jadi, bisa selalu katarsis dan tidak lagi merasa terpencil, karena si individu akan menyadari dia sesungguhnya tidak sendirian, paling sedikit masih ada Allah yang selalu memperhatikan dan menyertainya, dan selalu bersedia memelihara dan menolongnya. Dengan rasa kebersamaan ini diharapkan kecemasannyapun bisa berkurang.

8. Aspek Terapi air (Hydro Therapy)

Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa sebelum melakukan shalat, maka syaratnya adalah terlebih dahulu wudhu dengan air kecuali kalau tidak ada air boleh tayammum dengan debu. Wudlu ternyata memiliki efek penyegaran (refreshing), membersihkan badan dan jiwa, pemulihan tenaga, relaksasi, menghilangkan ketegangan-ketegangan dan kelelahan, mirip benar dengan terapi air.

Melalui sholat yang ikhlas dan khusu’, hati seseorang akan bisa dekat dengan Tuhan. Jika hati manusia mendekat pada Tuhan, Sang Penguasa dunia, yang menciptakan penyakit dan obatnya, yang memerintah alam dunia sesuai dengan kehendak-Nya, kata Al-Dzahabi.

Menurut Musbikin (2003), aspek-aspek terapiutik dalam shalat meliputi:

1. Aspek gerak

Shalat merupakan salah satu ibadah yang menuntut gerakan fisik. Selain itu Shalat merupakan salah satu ibadah yang menuntut gerakan fisik. Dokter Mahmud Ahmad Najib mengatakan bahwa gerakan-gerakan shalat yang dilakukan teratur dan terus-menerus, akan membuat persendian lentur, tidak kaku, tulang menjadi kokoh, serta tulang punggung tidak bengkok. Juga dapat melancarkan peredaran darah yang dapat mencegah kekakuan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini akan menghindarkan adanya gangguan peredaran darah ke jantung yang sering mengakibatkan kematian. (Musbikin, 2004: 134)

a. Posisi berdiri tegak

Pada waktu sikap yang demikian ketika berdiri tegak sebelum memulai takbiratul ikhram, merupakan posisi yang sangat berpengaruh bagi kesehatan karena, seluruh syaraf menjadi satu titik pusat pada otak. Pusat otak bagian atas dan bawah dipadukan membentuk satu kesatuan tujuan. Ketika itu, pikiran dikendalikan oleh akal budi. Tubuh merasa dibebaskan dari beban karena pembagian beban yang sama pada kedua kaki. Pada waktu berdiri, kedua kaki tegak berdiri, sehingga telapak kaki pada posisi akupuntur yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. sedangkan jantung bekerja, secara normal begitu juga para-paru, pinggang, tulang punggung lurus, dan seluruh organ tubuh dalam keadaan normal.

Pada waktu berdiri tegak saat shalat dilakukan, pandangan mata dipertajam dengan memfokuskan pada lantai atau tempat sujud. Pandangan yang tertuju pada lantai atau tanah mempunyai simbol bahwa suatu ketika semua makhluk (individu) akan kembali ke tanah, yakni masuk ke liang lahat menghadap Ilahi Rabbi.

b. Posisi tangan sedekap

Menurut Saboe, posisi ini merupakan posisi yang membawa ketenangan. Karena posisi seperti itu, sendi siku tangan dan otot kedua tangan dapat rileks dan istirahat penuh dan bisa menghindarkan rasa lelah sekaligus memudahkan relaksasi. Posisi tersebut akan bermanfaat bagi sirkulasi darah, terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah bening dan jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian tersebut menjadi lebih baik, sehingga gerakan kedua sendi menjadi lancar dan dapat menghindarkan diri dari penyakit persendian, misalnya rematik.

c. Posisi ruku’

Bila posisi ruku’ dalam sholat dilakukan dengan sempurna, insya Allah akan dapat melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan betis. Darah dipompa ke batang tubuh bagian atas. Melonggarkan otot-otot perut, abdomen, dan ginjal. Posisi ini juga akan menambah kepribadian, menimbulkan kebaikan hati dan keselarasan batin.

d. Posisi i’tidal bangkit dari ruku’

Posisi i’tidal yang sempurna dalam shalat mengakibatkan darah segar bergerak naik ke batang tubuh pada postur sebelumnya kembali ke keadaan semula dengan membawa toksin. Begitu juga pada saat itu, tubuh akan santai kembali dan melepaskan ketegangan.

e. Posisi sujud

Menurut Saboe (dalam musbikin, 2007), posisi ini dapat mengurangi tekanan darah tinggi. Menambah elastisitas tulang itu sendiri. Menghilangkan egoisme dan kesombongan. Meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Tuhan. Menaikkan stasiun rohani dan menghasilkan energi batin yang tinggi di seluruh tubuh. Postur ini menunjukkan ketundukan dan kerendahan hati yang tertinggi dan ini adalah esensi dari shalat.

f. Posisi duduk diantara dua sujud

Posisi seperti ini insya Allah akan menghilangkan efek racun pada hati dan merangsang peristaltik pada usus besar.

g. Posisi tasyahud

Menurut Saboe (dalam Musbikin,2007), sebenarnya kita duduk dengan otot-otot pangkal paha dimana di dalamnya terdapat salah satu syaraf pangkal paha yang besar di atas kedua tumit kita. Tumit dilapisi oleh sebuah otot yang berfungsi sebagai bantal. Dengan demikian tumit menekan otot-otot pangkal paha serta syaraf pangkal paha dan pijitan tersebut menghindarkan atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha (neuralgia) yang terasa sakit, nyeri, dan pegal.

2. Aspek Kekhusu’an (konsentrasi)

Menurut Musbikin (2007) shalat merupakan proses yang menuntut konsentrasi yang dalam. Bagi setiap muslim dituntut untuk melakukan hal tersebut, yang dalam bahasa Arab disebut khusu’. Kekhusyu’an dalam sholat inilah bila kita teliti secara lebih mendalam mengandung unsur meditasi.

Sebagaimana halnya meditasi, shalat juga mempunyai pengaruh positif baik secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, bila meditasi bisa mengurangi kecemasan, maka shalat yang dilakukan dengan khusyu’ (konsentrasi) dan ikhlas pun, juga dapat mengurangi kecemasan bagi para pelakunya dan mendatangkan ketenangan. Bahkan selain itu, menurut Arif Wibisono Adi, shalat juga akan mampu mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan otot-otot, kelenjar, reproduksi, dan lain-lain.

3. Aspek ucapan/ doa

Di dalam sholat, di samping memerlukan aktivitas fisik (gerak) dan harus dijalankan dengan penuh konsentrasi, shalat juga berisikan serangkaian doa yang telah ditentukan oleh syari’at (agama) islam. Mulai dari takbiratul ikhram sampai salam, orang yang melaksanakan shalat senantiasa mengucapkan pujian-pujian atas kebesaran Allah dan memohon ampun kepada-Nya, serta meminta keselamatan dengan segala kebaikan.

Musbikin berpendapat bahwa jika kita simak dan fahami bacaan-bacaan yang diucapkan dalam sholat, kita akan menemukan doa-doa yang cukup beragam. Selain itu, kita juga akan menemukan bacaan-bacaan dari ayat-ayat suci Al Qur’an, misalnya saja ketika sedang berdiri tegak, di sana bagi para pelaku shalat dianjurkan untuk membaca surat al-fatihah dan dilanjutkan membaca surat-surat (ayat-ayat lain) yang ada dalam Al Qur’an, insya Allah bila ditinjau dari ilmu kesehatan juga mempunyai pengaruh atau manfaat bagi penyembuhan sebuah penyakit. Manfaat tersebut, salah satunya menyembuhkan gangguan jiwa.

Dalam buku kuno Cina telah mengungkapkan periode alam semesta dalam 24 jam ini rupanya terjadi beberapa periode. Dalam buku itu terjawab ada hubungan antara manusia dengan alam di sekitar dan ini melalui waktu sholat terbukti bahwa energi alam dengan manusia terjadi sirkulasi yang amat seimbang, makanya Allah SWT menetapkan waktu-waktu sholat itu.

Didalam sebuah artikel dimana menurut pendapat ilmuwan China, ada beberapa alasan mengapa sholat harus dilaksanakan sebanyak lima kali dalam sehari :

  1. Zhuhur terapi jantung. Ada energi api yang akan keluar pada waktu jam 12.00 siang sampai sore. Energi itu untuk mengobati jantung. Waktu zhuhur adalah saat berada dipuncak kepenatan akibat aktivitas sepanjang hari. Dengan melakukan shalat zhuhur sebagai bentuk relaksasi dan dipadukan dengan air wudhu, panas jantung yang berlebihan bisan normal kembali. Akhirnya hal ini mempengaruhi system lainnya karena fungsi jantung yang merupakan penguasa pembuluh lainnya. Jantung memimpa darah agar mengalir untuk membawa sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh organ-organ lainnya.
  2. Ashar terapi kandung kemih. Dalam gerakan sholat ashar adalah siklus dari panas ke dingin sehingga mereka menyebutnya terapi kandung kemih. Secara alamiah gerakan ashar itu ternyata memisahkan zat-zat kimia dalam tubuh kita.
  3. Maghrib terapi ginjal. Ada energi air yang keluar pada waktu jam 6 sore setelah terbenamnya matahari. Oleh karena itu, mereka menyebut bahwa maghrib itu cocok untuk menterapi ginjal. Dikarenakna waktu maghrib adalah saat-sat hawa udara semakin menurun dan system organ mulai menyesesuaikan diri dengan energi sekitarnya
  4. Isya terapi organ otot. Gerakan shalat isya yaitu setelah mega merah hilang, mereka menyebutnya sebagai terapi yang mengurangi kelebihan energi. Ada energi kayu yang keluar pada waktu jam 11 malam, dia yang menghancurkan racun-racun yang ada di badan kita, dan menurut ilmuwan Cina racun itu membakar kayu untuk membuang racun di otak.

Pada saat shalat isya dimulailah penurunan kerja organ internal yang telah digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Tubuh memasuki masa istirahat, terutama kerja jaringan otot yang digunakan untuk gerak dan berpikir. Waktu isya bisa juga disebut sebagai masa pendinginan keseluruhan system organ dan saraf. Proses pengistirahatan tubuh kemudian disempurnakn dengna tidur pada malam hari.

  1. Tahajjud sebagai terapi pencegah kanker. Pada jam 2 pagi, otak dibersihkan oleh energi kayu, dan selanjutnya Allah menyediakan dan mengisinya untuk sholat tahajud pada waktu sepertiga malam. Ilmuwan di Jerman, Prof. Dr. Sholeh yaitu seorang guru besar Universitas Airlangga melakukan penelitian. Ia telah membuktikan bahwa sholat tahajud yang teratur dan disiplin akan mencegah kanker, stres dan infeksi. Oleh sebab itu, jika orang melakukannya dengan teratur, maka ia akan memiliki emosi yang positif. Energi udara keluar pada jam 2.
  2. Shubuh sebagai terapi paru-paru. Waktu shalat shubuh adalah sejak terbit fajar sampai hampir terbit matahari. Shalat shubuh merupakan waktu yang tepat untuk proses terapi system pernapasan dan paru-paru, karena waktu shubuh udara masih bersih, oksigen masih segar. Dari paru-paru darah mengambil bahan bakar yang masih baru dan bersih. Akhirnya keseluruhan organ menerima pasokan nutrisi yang bersih. Selanjutnya tubuh menjadi segar kembali dan otak menjadi jernih. Penelitian mutakhir ilmu medis di Barat juga mengungkap manfaat kebiasaan bangun pada waktu shubuh, ditemukan bahwa pada dini hari sekitar pukul 03.00-05.00 terjadi proses detoksin (pembuangan zat racun) di bagian paru-paru.
  3. Jam 6 pagi melakukan sholat dhuha untuk menterapi pencernaan.

C. Wudlu sebagai terapi

Seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari hadast besar maupun kecil, sehingga ia harus berwudlu apabila berhadas kecil, dan mandi kalau berhadast besar (junub), lihat QS. 5:6. Saboe (1986) dalam bukunya yang berjudul “hikmah kesehatan dalam sholat” menyatakan sholat dan wudlu adalah suatu sikap tubuh yang paling sempurna dan paling ideal untuk mencapai kesempurnaan kesehatan badaniah maupun bathiniah.

Menurut Adi dan Effendy (dalam Haryanto 1999) wudhu ternyata memiliki efek refresing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta pemulihan tenaga. Wudlu juga memiliki dampak fisiologis, hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu dalam mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis. Wudhu itu ada dua macam, yaitu wudlu lahir dan wudlu batin Oleh karena itu dapat dipahami apabila seseorang yang sedang marah oleh Rasulullah Saw. disarankan untuk mengambil air wudlu, yaitu sesuai dengan sabdanya: “Apabila engkau sedang marah, maka berwudlulah”.

Terapi dengan menggunakan efek air ini sebenarnya telah lama dikenal dalam dunia kedokteran, demikian pula pada masyarakat-masyarakat tertentu air juga merupakan aspek yang penting dalam upacara-upacara. Terapi air ini juga dilakukan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang dikenal dengan pembinaan terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya dengan mandi besar. Hal mi didukung oleh firman Allah dalam Al Quran:

ذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ

 

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu). (Al- Anfal : 11)

 

Di dunia kedokteran dikenal adanya “Hukum Baruch dan Hidroterapi”, hukum Baruch adalah hukum atau teori yang diciptakan oleh Simon Baruch (1840-192 1), Ia seorang dokter dari Amerika. Menurut teori ini air memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, sedangkan apabila suhu air lebih tinggi atau lebih rendah akan memberikan efek stimulan atau merangsang Hidroterapi merupakan pengobatan ilmiah yang memanfaatkan air dengan manfaat menghilangkan rasa lelah dan menghilangkan ketegangan, mendinginkan dan merangsang tubuh untuk mengkerutkan pembuluh kapiler, merangsang sistem kardiovaskuler, melemaskan semua otot tubuh, dan akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-kapiler di kulit, hal ini karena banyak darah dari jaringan yang akan ditarik ke kulit. Di samping itu juga dapat mengurangi rasa nyeri (Effendy dalam Haryanto 1999).

Menurut hasil penelitian dari Dr Masaru Emoto, air ternyata bisa merespon perlakuan yang diberikan kepadanya, baik berupa kata-kata, tulisan atau gambar serta suara. Dari penelitian beliau juga membuktikan bahwa bentuk sempurna air adalah heksagonal (segi enam) dengan berbagai hiasan kristal indah yang membentuknya. Air heksagonal ialah air yang sangat penting bagi kesehatan karena efek bentuknya. Air ini berperan sebagai antioksidan dengan mengikat radikal bebas H+ dan OH-.

Perlakuan yang baik, seperti memberikan respon yang positif kepada air termasuk memberikan doa akan menghasilkan bentuk heksagonal yang indah, dan air yang mendapat respon yang positif dengan bentuk heksagonal yang indah memiliki potensi berupa gelombang energi yang berpengaruh terhadap tubuh manusia sehingga air dapat berfungsi sebagai pengobatan alternatif terhadap berbagai gangguan kesehatan. Air yang mendapat respon positif seperti doa dan kata-kata yang positif apabila dilihat melalui 100.000 s/d 1.000.000 kali pembesaran dibawah mikroskup maka akan terlihat bentuk kristal yang sangat indah dan bagus sehingga manusia yang sesungguhnya terdiri dari ± 70 % air kalau memperlakukan dirinya atau mendapat perlakuan yang bagus, maka akan menjadi manusia yang berkarakter bagus.

Air yang sesungguhnya dapat merespon setiap perlakuan yang diberikan kepadanya, maka oleh Dr. Masaru Emoto menyimpulkan bahwa sesungguhnya air itu hidup dan dapat diajak komunikasi (dapat melihat, membaca dan mendengar). Seperti contoh penelitian yang telah dilakukan, kalau air diperdengarkan suara musik yang merdu atau dilihatkan kata-kata yang positif (mis: kata “Cinta dan Terima kasih”), maka kristal air akan berbentuk sangat indah dan air ini sekaligus dapat berfungsi sebagai obat penyembuh yang luar biasa dalam tubuh manusia. Jika hal sebaliknya diberikan kepada air, misalnya diperdengarkan suara musik heavy metal dan diperlihatkan kata-kata yang negatif (mis : kata “benci, jahat, sakit”), maka bentuk kristal air akan menjadi tidak indah dan kalau air ini diminum akan memberikan dampak yang kurang bagus terhadap kesehatan tubuh.

Jadi dapat dikatakan bahwa air yang merupakan faktor terbesar pembentuk tubuh kita dan air yang merupakan faktor terbesar pembentuk planet ini adalah penyembuh yang dapat disalurkan ke dalam pikiran kita sehingga menumbuhkan cinta dan rasa terima kasih dalam diri. Hasil penelitian terhadap air ini adalah merupakan sebuah terobosan gemilang yang mampu melarutkan kristal sains ke dalam samudra spiritualitas. Hasil pengamatan yang jeli, cermat dan inovatif terhadap karakter air yang “sesungguhnya”, mengantarkan kita memasuki alam baru pemahaman tentang ke-Mahacerdasan Tuhan Sang Pencipta alam semesta yang terdistribusi secara sistematis dan proporsional di setiap elemen kealamsemestaan.

Sama hal nya antara alam yang terdiri dari lebih banyak air dengan tubuh manusia yang juga terdiri dari lebih banyak air, kalau kita sebagai manusia juga sering memberikan hal-hal yang negatif kepada tubuh kita, misalnya banyak minum alkohol, memasukan obat bius dan sejenis zat kimia lainnya yang tidak bermanfaat bagi tubuh atau mencaci maki diri sendiri, benci pada diri sendiri, menyatakan diri sebagai orang bodoh, jelek, maka air yang ada dalam tubuh kita akan menerimanya sehingga hal ini akan menimbulkan berbagai macam hal yang negatif dalam tubuh, seperti stres, dan berbagai macam penyakit.

Oleh sebab itu do’a-do’a positif, baik pada tubuh kita, pemangku maupun penyembuh holistik adalah air yang sudah mendapatkan perlakuan yang sangat bagus sehingga dapat bermanfaat sebagai penyembuh yang sangat luar biasa, sehingga di jaman sekarang banyak kita jumpai orang mencari penyembuhan lewat dua alternatif yaitu medis dan non medis.

Begitu juga dengan ketika shalat yang merupakan sebuah do’a kepada sang maha pencipta akan memberikan efek positif kepada tubuh kita sehingga membuat tubuh kita menjadi sehat. Karena dalam bacaan sholat mengandung do’a-do’a.

D. Kuncinya pada Kualitas Sholat

Dan apabila aku sakit, maka dialah (Allah) yang menyembuhkanku(As-Syuaraa`: 80)

Banyak orang melakukan sholat, tapi tidak mengingat Allah. Padahal perintah dilakukanya sholat untuk mengingat Allah. Sebagaimana dalam Al-Qur`an yang berbunyi: “Aqimissholah lizikri”. Menurut sebagian besar orang sholat merupakan rutinitas semata, yang jika telah dilakukan maka gugurlah kewajiban. Sehingga sholat yang dilakukan tersebut tidak memiliki bekas (atsar) dan manfaat pada dirinya.

Aspek kualitas dalam sholat yang menjadi kunci utama dalam penyembuhan penyakit. Aspek kualitas ini tergambar dari keimanan dan kekhusukan seseorang dalam melakukan sholat. Berdirinya manusia dihadapan Allah dengan khusu` dan tunduk, mengarahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua problem dan kesibukan dunia dan tidak mengingat sesuatu melainkan Allah dengan ayat–ayat Al-Qur`an yang dibacanya akan membekalinya dengan suatu tenaga rohani yang menimbulkan perasaan tenang jiwa yang damai, qalbu yang tentram dan pikiran yang bebas dari beban. Sikap khusu` merupakan aktifitas kognitif melibatkan daya konsentrasi yang kuat kepada Allah.

Menurut Najati (2000) sholat yang berkualitas merupakan kegiatan terapeutik yang sangat penting dalam meredakan ketegangan syaraf dan menurunkan kegelisahan yang diderita oleh seseorang. Keadaaan tenang dan jiwa yang damai yang ditimbulkan oleh sholat bisa tetap berlangsung untuk beberapa lama setelah sholat dilakukan.

Iman sebagai landasan utama kualitas sholat. Iman landasan perbutan dan dengan iman sikap khusu` dalam sholat dapat dicapai. Keimanan adalah obat yang paling mujarab. Keimanan adalah hidup itu sendiri dalam Surah Al-Ahkaf 13-14 Allah berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka

. Menurut Al-Qorni (2005) sholat merupakan obat mujarab untuk mengobati penyakit, karena sholat dapat memasukkan iman kedalam jiwa. Cara sholat seperti itu akan menghasilkan suatu kualitas sholat yang dapat menghilangkan rasa sakit dan dapat pula menyembuhkan penyakit.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

 

“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”, (As-Syuaraa`: 80)

Kita ingat, ketika sahabat Ali bin Abi Thalib RA mengalami rasa sakit yang sungguh luar biasa, yang kemudian dengan menjalankan sholat sakitnya tersebut tidak terasa. Suatu saat dalam peperangan beliau terkena sebuah anak panah yang bersarang dipunggungnya. Sahabat lain mencoba untuk mencabutnya, dengan rasa sakit yang tak terhingga beliau berteriak. Atas usul sahabat lainnya, maka beliau melakukan sholat. Di tengah-tengah sholat tersebut anak panah dicabut secara perlahan hingga keluar dari tubuhnya. Hingga akhir sholat dan salam telah diucapkan, beliau bertanya pada sahabat, “apakah anak panah itu sudah keluar dari tubuhku?”. Sebuah kisah, tetang seorang pasien yang terkena panyakit jantung, dokter menyarankannya agar melaksanakan sholat wajib dengan taratur, dan akhirnya pasien tersebut dapat sembuh.

Kisah tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Setiap orang dapat pula merasakan manfaat dari sholat yang dilakukannya. Sholat tidak hanya dapat menyembuhkan penyakit psikis/rohani, tapi juga sholat dapat mengatasi rasa sakit dan menyembuhkan penyakit fisik.

Beberapa ahli kesehatan menerangkan manfaat sholat dari aspek kesehatan jasmani dan Rohani. Menurut Dr. RH. Su`dan MD. SKM. (1997) gerakan sholat penting untuk kesehatan (senam kamar). Setiap gerakan dalam sholat adalah sesuai dengan tuntunan ilmu kesehatan. Misalnya sikap qiyam, rukuk, I`tidal, sujud, duduk jilsah, qa`dan, iftirasy dan tawarruk. Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan sikap tersebut. Seperti rematik, lumbago, spondylosis, spondiloarthorosis, arthtritis, ischias, dan bawasir. Juga bermanfaat bagi wanita hamil. Pria dapat terhindar dari impotensia, hypertrophia, dan kemandulan. Secara psikis, sholat mengandung manfaat yang luar biasa. Ketika sujud, kepala berada pada posisi terendah sehingga darah banyak mangalir ke otak. Nadi di otak dilatih menerima banyak darah, sehingga opoplexi atau pitam karena pecahnya nadi di otak dapat terhindar. Terutama juga karena ketenangan jiwa dan berat badan sewaktu sholat dapat memobilisir lemak dan mencegah sclerosis.

Selain itu sholat mempunyai efek seperti obat yaitu efek depresan (efek ketenangan) seperti yang dialami oleh Ali RA dan beberapa orang yang telah merasakan manfaat sholat di atas. Konsentrasi pada masalah (stimulus/rangsang) lain dapat menghambat situmulus rasa sakit sampai ke otak, sehingga rasa sakit kurang dirasakan. Menurut Ancok (1995): Bila perhatian seseorang ditujukan pada rasa sakit, maka ia akan semakin merasakan rasa sakit. Sebaliknya bila ada suatu kegiatan yang menarik perhatian seseorang dari rasa sakit, maka intensitas rasa sakit kurang dirasakan. Rasa sakit tergantung konteks saat dialami. Seorang pemain bola yang kakinya terluka, sering sekali tidak merasakan sakit di saat asyik bermain bola.

Ancok (1989) menjelaskan fenomena ini dengan gate system theory. Menurut teori ini, rangsang sakit yang masuk ke dalam otak dapat dihambat oleh rangsang lain, dalam kasus ini adalah sholat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi yang penuh dalam sholat, yaitu hanya mengingat Allah Swt. akan nenutup rangsang lain yang akan terbawa ke otak.

Alvan Goldstein telah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada dalam otak manusia yang disebut endogonius morphin atau yang sering disingkat dengan edorphin/endortin (Hilman, dalam Haryanto 1999). Dijelaskan oleh Subandi (dalam Haryanto 1999) bahwa kelenjar endortina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunya efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut “opiat endogen”. Menurut Kastama dkk, (dalam Haryanto 1999) bahwa zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Berdasarkan keterangan beberapa ahli ini dapat disimpulan bahwa dalam diri manusia telah mempunyai zat semacam morfin yang memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle). Ditambahkan oleh Haryanto (1994) apabila seseorang memasukkan atau kemasukan zat morfin ke dalam tubuh, misalnya mereka yang menyalahgunakan narkotika; maka akan terjadi penghentian produksi endorfin.

Apabila dilakukan penghentian martin dan luar secara mendadak, ternyata tubuh tidak dapat dengan segera memproduksi endorfin tersebut. Untuk memproduksi endorfin tersebut dapat dibantu dengan kegiatan-kegiatan semacam meditasi dan zikir yang melibatkan aktifitas konsentrasi. Jadi sholat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh untuk memproduksi endorfin. Hal ini juga sudah dibuktikan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang membina anak korban penyalahgunaan narkotika dengan pendekatan sholat. Setelah anak-anak dibina mereka tidak lagi ketergantungan pada morfin.

Sayangnya shalat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir, ruku’, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa ada kemauan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung di dalam simbol-simbol shalat.

 

 

Sholat sebagai terapi perilaku

Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut surah Al-‘Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:

اُتْلُ مَآ اُوحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَاَقِمِ الصَّلَوةَ صلى اِنَّ

الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِقلى وَلَذِكْرُ اللهُ اَكْبَرُقلى وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)

Ayat di atas begitu eksplisit menjelaskan adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang muslim. Pengaruh shalat memang tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk menggeneralisasi dan menghukumi kepribadian semua orang. Tetapi, paling tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut pandang karakter dan watak/ tabiat yang dibawanya. Shalat itu membersihkan jiwa, menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298).

Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat.

Qurthubi menyebutkan, dalam teks ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kaum Muslimin, untuk membaca Al Qur’an dan berhukum dengannya. Kemudian menegakkan sholat dengan memperhatikan waktu, wudhu, bacaan, rukuk-sujud, tasyahud dan seluruh syarat-syarat sahnya sholat. Maksud sholat di situ adalah sholat wajib lima waktu yang Allah akan ampuni dosa-dosa hamba-Nya bila menegakkannya. Sebagaimana hadist Nabi yang dikeluarkan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah. Nabi bersabda : Apa pendapat anda jika ada orang mandi di sungai depan anda sebanyak lima kali sehari ? Apakah masih menempel di badanya itu kotoran ? Jawab para Sahabat, Tidak, tidak ada lagi kotoranya ( bersih betul ). Jawab Nabi, itulah contoh sholat lima waktu. Allah menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan hamba-Nya.

Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam proses menjalankan ibadah shalat.

Pertama, latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu (Toto Tasmara, 2001: 81). Dari segi banyaknya aturan dalam shalat seperti syarat sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika shalat, batasan-batasan ini juga melatih kedisiplinan manusia untuk taat pada peraturan, tidak “semau gue” ataupun menuruti keinginan pribadi semata.

Kedua, latihan kebersihan, sebelum shalat, seseorang disyaratkan untuk mensycikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Di sini, kebersihan yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi aspek non-fisik sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan shalat akan bersih secara lahir maupun batin.

Ketiga, latihan konsentrasi. Shalat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat. Pada saat itu, semua hubungan diputuskan dengan dunia luar sendiri. Semua hal dipandang tidak ada kecuali hanya dirinya dan Allah, yang sedang disembah. Pemusatan seperti ini, yang dikerjakan secara rutin sehari lima sekali, melatih kemampuan konsentrasi pada manusia. Konsentrasi, dalam bahasa Arab disebut dengan khusyu’, dituntut untuk dapat dilakukan oleh pelaku shalat. Kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses meditasi. Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi kecemasan.

Keempat, latihan sugesti kebaikan. Bacaan-bacaan di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata (bacaan shalat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan shalat berjamaah.

Sholat sebagai terapi stress

Stres merupakan perasaan tekanan psikologis yang diakibatkan oleh berbagai hal. Rasa stres yang tinggi dan dibiarkan tanpa adanya penanganan serius akan bisa berubah status menjadi gila. Stres menjadi awal bagi gangguan psikologi yang lebih parah. Mengapa orang bisa stres? Penyebab utamanya biasanya adalah karena seorang tidak memiliki keyakinan terhadap Zat yang Maha Kuasa.

Seorang muslim yang stres biasanya disebabkan karena orang tersebut tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan agamanya. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi galau dan akhirnya mengalami tekanan batin dan mental.

Lalu apa hubungannya stres dan shalat? Shalat bisa menjadi obat stres, dan orang yang melalaikan shalat akan rentan mengalami stres.

Berikut ini akan dibahas secara lebih detail mengenai dua hal tersebut:

1. Shalat menjadi obat stres

Anda mengalami stres? Inilah obat yang paling ampuh, yakni shalat. Bila Anda sudah cukup rutin menjalankan shalat namun tetap juga mengalami stres, maka barangkali ibadah shalat sunnah Anda masih kurang, baik dari segi kualitas dan kuantitas.

Melalui kualitas dan kuantitas shalat yang baik, ketenangan akan dicapai dan stres perlahan-lahan akan mampu diatasi. Di dalam Al Quran disebutkan bahwa tidak akan dicapai suatu ketenangan batin kecuali hanya dengan mengingat Allah. Maka shalat merupakan saat kita berhadapan dengan Allah. Orang yang mampu khusyuk dalam shalatnya akan mampu mendapatkan ketenangan batin, terhindar dari berbagai penyakit psikologi seperti stres.

 

Orang yang mudah stres biasanya adalah orang yang tidak mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Allah dan ajaran agamanya.

Maka tak perlu repot mencari psikiater terkenal untuk menyembuhkan penyakit stres yang dialami seseorang, cukup dengan melakukan terapi shalat secara kontinyu, stres dan tekanan mental lainnya akan bisa diatasi secara perlahan-lahan. Amalan lainnya yang juga bisa membantu penyakit stres diantaranya adalah memperbanyak zikir, tilawah Al Quran, qiyamullail, puasa dan lain sebagainya.

2. Orang yang tidak shalat akan mudah stres

Stres dan shalat juga memiliki korelasi sebab akibat. Orang yang rajin shalat akan memiliki resiko yang lebih sedikit mengalami stres dibandingkan dengan mereka yang tidak shalat.

Demikian pula orang yang tidak shalat, akan sangat mudah mengalami kegalauan hati, keresahan hidup dan stres yang bisa menyerang psikologinya. Bila Anda hari ini termasuk pada orang Islam yang tidak mau shalat, maka bersiaplah mengalami stres dalam hidup.

Stres tidak hanya akan berupa gangguan psikologi mirip orang gila, namun keresahan hati, kegalauan dan ketidak tentraman hidup akan bisa dirasakan oleh mereka yang tidak shalat. Shalat menjadi pembeda antara seorang muslim dengan yang bukan muslim. Ummat Islam memiliki pengobatan psikologi yang sangat mujarab, yakni shalat.

Shalat tak hanya mampu menjadi obat penyakit stres, namun juga memiliki khasiat mengobati berbagai penyakit lainnya seperti penyakit diabetes, darah tinggi, serta berbagai penyakit perut berbahaya.

Shalat yang biasanya sangat efektif menyembuhkan aneka penyakit tersebut adalah shalat di malam hari atau yang biasa diistilahkan dengan qiyamullail. Bangun di malam hari untuk menjalankan berbagai rutinitas ibadah, termasuk di dalamnya ibadah shalat.

Stres dan shalat menjadi dua hal yang saling berhubungan. Bila Anda termasuk orang yang mudah stres dalam hidup, maka jadilah orang yang selalu memperbaiki kualitas shalat, baik dari segi jumlah maupun kekhusuyukan.

 

Kasus dan penelitian tentang sholat, do’a dan membaca Al-Qur’an

Pada tahun 1980 seorang mahasiswi tingkat II akhir di salah satu perguruan tinggi di Bandung, datang minta konsultasi kepada seorang psikolog. Untuk memudahkan sebutan pskolog di P (singkatan dari psikolog), sedangkan dari K (untuk sebutan dari klien).

K menerangkan apabila berdekatan dengan wanita lain keluar keringat dingin, gemetar dan timbale perasaan tidak menentu. Suatu ketika diajak kekantin oleh tiga orang mahasiswi dan duduk berdekatan. Jangankan menikmati makanan traktiran itu baru duduk saja K sudah gemetar, keringat dingin mengucur dan merasakan hampir pingsan. K terpaksa meninggalkan kawan mahasiswiyna dengan alasan sakit. Minggu yang lalu K harus mengulang ujian salah satu mata kuliah pada dosen wanita secara lisan. Sudah tentu K sangat resah dan tidak mampu menjawab pertanyaannya satupun. Dosennya marah K diam membeku. Akhirnya karena sang dosen melihat K basah kuyup berkeringat, disangkanya bahwa ia sakit, sehingga untuk berobat. Dan bila sudah sembuh K dipersilahkan menghadap lagi.

Sebagian besar mata kuliah tingkat II sudah diselesaikan dengan nilai cukup naik. Waktu tingkat I kuliah berjalan lancar. Karena gangguan mental itu, K ingin keluar dari kuliahnya. Namun K khawatir mengercewakan ibunya yang telah berusaha dan mencurahkan semua perhatian agar anak satu-satunya iut menjadi sarjana yang baik.

Disamping kelainan itu yang dialami, gemetar kalau duduk berdampingan dengan wanita. Sejak SMU di kelas tiga K mengeluh suka tidur. Bajkan setelah kos di Bandung kalau sedang mengalami sukar tidur, tanpa disadarnya K bangun dari tempat tidurnya dan menggososkkan tangannya ada dinding kamar sambil berjalan dua atau tiga keliling.

Dalam wawancara, K menguraikan masa kanak-kanaknya di Sumatra yang dilalui dengan riang gembir. K merasa dididik oleh ayahnya agak keras, namun masih wajar. Sikap ibunya lebih akrab. Beberapa tahun setelah ayahnya meninggal, K beserta ibunya pindah ke Jakarta. Ibunya tidak menikah lagi. Ibunya berjualan permata. Penghasilannya cukup, sehingga mampu membiayai anaknya di perguruan tinggi. Ibunya tinggal di Jakarta dengan seorang pembantu. Sebulan sekali K bertemu dengan ibunya. Sewaktu-waktu ibunya dating ke Bandung atau K ke Jakarta. K rajin mengerjakan sholat sejak ayahnya masih hidup hingga sekarang.

Perasaan tidak menentu, apabila berdekatan dengan wanit mulai timbul pada waktu kelas III SMU di Jakarta. K tidak ingat lagi, bagaimana permulaannya. Demukuan pula gangguan suka tidur. Akhirnya kelas II SMU, K diantar ibunya berkonsultasi kepada psikiater. Setelah wawancara mengernai keluhannya. Kehidupan masa kecil, riwayat pendidikannya, hubungna dengan ayah, iu dan suasana keluarga, K di beri obat penenang. Obat itu hanya di minum kalau sukar tidur. Sampai sekarang obat itu masih di minumnya dan ia masih dapat berhubungan dengan psikiater itu.

Namu demikian, keluhan sukar tidur dan keresahan yang berdekatan dengan wanita tidak hilang. Bahkan setelah tinggal di Bandung, K menderita penggosokan tangan pada dinding kalau samau jauh malam tidak bias tidur. Tahun lalu K berkonsultasi pada seorang psikolog di Bandung dan menceritakan riwayat penyakitnnya dan kehidupannya sejak kecil. Bahkan secara samar-samar K pernah mendengar kata “Oedipus Coplex” (Oedipus Coplex adalah istilah psikoanalisa yang berarti konsentrasi energy libido pada orang tua, lawan jenis seperti anak laki-laki terhadap ibunya).

Setelah lima kali pertemuan dengan psikolog itu, gangguan mental mash belum sembuh, walaupun merasakan ada manfaatnya. Pada saat ini sudah empat bulan K meninggalkan psikolog itu. Sekarang penyakitnya dirasakan olehnya semakin menyiksa. Kalau penyakit tidak segera sembuh, K mengatakan tidah akan sanggup melanjutkan studinya lagi.

K datang kepada P atas saran kawannya, ketika sholat Jum’at dua hari yang lalu. Pada pertemuan pertama P hanya mendengarkan cerita K dengan penuh perhatian dan empati. K rupanya seirang yang kurang mampu mandiri. P minta pada untuk menghentikan minum obat penenang walaupun mengalami kesukaran untuk tidur dan supaya datag lagi seminggu.

Belum sampai seminggu, K sudah datang ke P dan menerangkan bahwa obat penenang itu telah dibuang. P menanyakan apakah K merasa pusing kalau kurang tidur. K menjawab tidak., hanya siang harinya merasa agak lemah. Apakah tanpa minum obat penenang masih dapat tidur. Pada malam pertama sukar tidur, tapi selanjutnya biasa saja. P menanyakan beberapa mata kuliah, cara belajar dan keadaan ibunya. Kemudian P menanyakan apakah K suka sholat sunnah, membaca Al-Qur’ann. Ternyata jarang sekali melakukannya. Apalagi setelah kuliah di perguruan tinggi, boleh dikatakan tidak pernah membaca Al-Qur’an.

K disuruh oleh P mengerjakan shalat malam, terutama kalau mengalami sukar tidur. Bila tangannya menggosok-gosok dinding kamar, maka pergilah ke jamban lalu ambillah air whudu dan kerjakan shalat. Setelah selesai shalat bacalah Al-Qur’an sampai mengantuk dan tidur. Usahakanlah untuk datang ke fakultas, walaupun tidak ada kegiatan. Carilah bacaan di perpustakaan dan cobalah membaca dekat dengan mahasiswi. Latihlah sedikit demi sedikit agar tidak gamang pada wanita. Kalau sampai minggu depan masih ada kesukaran, silahkan datang lagi ke sini.

Minggu berikutnya K datang dengan langkah yang lebih pasti dan wajahnya tidak lagi muram. K membawa kamera dan minta diizinkan untuk memotret P. k menceritakan dengan gembir bahwa ia tidak lagi menggosok tembok sebelum tidur. K sudah berani membaca buku di perpustakaan berdekatan dengan mahasiswi. Bahkan ia telah memutuskan akan menghadap dosen wanit untuk meminta tentamen secara lisan. P meminta agar K mengirim surat pada ibunya ntuk tidak datang ke bandung selama tiga bulan dengan alas an K sibuk tentamen. K dimina untuk tidak datang lagi kepada P kecuali kalau timbul gangguan mentalnya lagi.

Satu bulan kemudian K datang dan memohon maaf keapda P karena masih datang juga, walaupun merasa dirinya sudah tidak mengalami ganggan mental lagi. K sudah merasa mampu bergaul dengan teman-temannya baik pria maupun wanita. Tidur sudah tidak menjadi masalah. Shalat sunnah sebelum tidur sudah merupakan kenikmatantersendiri. Kalau ada permasalahn yang rumit, K membaca AL-QUr’an. Kuliah lancan dan ia bertekat untuk menyelesaikannya sebaik mungkin. Kedatangannya jail itu hanyalah menghaturkan terima kasih yang dalam serta mohon dengan sangat agar P tidak melupakan K. K memberikan kenang-kenangan foto dirinya yang cukup besar sedang duduk di kamar di samping meja belajar dengan tumupukan buku diatasnya P melepas K dengan rasa haru puas dan bahagia ( Sumber: Imam Musbikin dalam Rahasia Shalat)

Penelitian tentang kekuatan do’a

Kekuatan do’a untuk penyebuhan penyakit. Dalam buku “The Healing Power of Prayer” (Kekuatan Penyembuhan dari Do’a), Chet Tolson dan Harold Koenig menjelaskan sifat do’a, manfaat restoratif, cara mengatur do’a, dan banyak lagi.

‘Kedokteran, operasi, dan metode-metode lain dokter membawa ke dalam proses penyembuhan yang penting,’ kata para pemimpin medis dan rohani. “Namun, Anda memiliki tanggung jawab dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan Anda sendiri melalui doa.” Jadi jangan lewatkan keajaiban do’a.

Para pemuja kemajuan teknologi kedokteran banyak yang meragukan bahkan sinis terhadap peran do’a bagi kesehatan dan kesembuhan. Namun, semakin banyak riset dilakukan untuk membuktikannya. Jika bukan suatu kebetulan, seberapa besar kontribusi do’a dan bagaimana kesembuhan bisa terjadi?

Sudah ratusan juta lebih umat Muslim dari seluruh dunia hingga hari ini melakukan ibadah haji sebagai pelaksanaa rukun Islam yang kelima dan umrah mengikuti jejak Rasulullah SAW khususnya dan sekaligus berdoa umumnya di depan Ka’bah di Majidil Haram, Mekah dan di Raudah di mesjid Nabawi, di Medinah.

AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH MERUPAKAN OBAT YANG PALING MUJARAB

Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah yang shahih adalah merupakan penyembuh dan obat yang paling dahsyat dan sangat mujarab dan bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seharusnya kita sebagai umat muslim, pengikut Rasulullah Muhammad SAW tidak berpaling dan meninggalkannya pengobatan dengan A-Qur’an untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada di masa sekarang ini. (Shahih Ath-Thibbun Nabawi, hal. 5-6, Abu Anas Majid Al-Bankani Al-‘Iraqi)

Kata Ibnul Qayyim: “BERPALINGNYA MANUSIA DARI CARA PENGOBATAN NUBUWWAH SEPERTI HALNYA BERPALINGNYA MEREKA DARI PENGOBATAN DENGAN AL-QUR`AN, YANG MERUPAKAN OBAT BERMANFAAT.”(At-Tibun Nabawi, hal. 6, 29)

Maka Seorang muslim tidak pantas menjadikan pengobatan nabawiyyah hanya sebagai pengobatan alternatif. Justru seharusnya pengobatan tibun nabawiyyah dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kebenaran dan kepastiannya datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui perantara Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan pengobatan kimiawi kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan dengan tibun nabawi. Pengobatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumber dari wahyu dan diyakini kesembuhannya. Sedangkan pengobatan selain dari Nabi hanyalah dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba.

Efek klinis positif

Keajaiban dan mukjizat tampaknya masih terjadi manakala teknologi kedokteran dan pengobatan modern semakin canggih, sehingga bangsa-bangsa sekuler di Dunia Baratpun terus meyakini kekuatan do’a bagi kesehatan dan kesembuhan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Medical School tahun 1998 memperkirakan 35 persen orang Amerika Serikat (AS) berdo’a bagi kesehatan mereka dan 69 persen di antaranya menyatakan doa-sangat menolong. Angka ini sangat besar dibandingkan jumlah yang percaya bahwa mengunjungi dokter akan lebih menolong.

Tahun 2002 studi lebih luas dilakukan oleh National Institute of Health, AS, dan menemukan 43 persen orang AS berdoa bagi kesehatan mereka sendiri, dan 24 persen lainnya berdoa bagi orang lain.

Survei nasional Amerika Serikat yang dilakukan tahun 2005 menemukan mayoritas, yaitu 73 persen, perawat yang bertugas di ruang pasien kritis mengaku berdo’a di tempat mereka bekerja. Sidney Kimmel Comprehensive Cancer Center di John Hopkins University bahkan telah dirancang sebagai “intensive prayer unit“ (unit do’a intensif ).

Dalam The Faith Factor: An Annotated Bibliography of Clinical Research on Spiritual Subject karya Larson, Dale Mathew, dan Constance Barry dilakukan review mendalam tentang 158 studi medis mengenai efek agama terhadap kesehatan. Hasilnya, 77 persen memperlihatkan efek klinis yang positif.

Banyak penelitian membuktikan bahwa ketika seseorang mengalami ketegangan atau stres, ia menjadi lebih rentan terhadap penyakit fisik, penderitaan mental dan emosional, serta kecelakaan. Otak, rambut, kulit, mulut, paru, jantung, sistem pencernaan, organ reproduksi, ginjal otot, adalah beberapa bagian tubuh yang dipengaruhi langsung oleh stres. Stres selain menimbulkan penyakit, juga terbukti memperlambat proses kesembuhan.

Otak yang merupakan pusat kehendak dan keyakinan memiliki hubungan langsung dengan sistem penyembuhan alamiah tubuh. Otak secara otomatis dan kontinyu berkomunikasi timbal balik dengan sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, dan semua sistem organ pokok dengan melepaskan hormon dan bahan kimia lainnya dari set-set saraf.

Otak juga berkomunikasi dengan sel-sel kekebalan dalam darah melalui hormon dan protein darah lainnya, yang disebut sitokin. Otak juga mengirim sinyal pada saraf tulang belakang dan memerintahkannya untuk memperlambat atau mempercepat transmisi rasa sakit. Ilmuwan menduga bahwa peran otak tersebut harus ada supaya kehidupan sosial, psikologis, dan spiritual terhubung dengan tubuh fisik, sehingga semuanya bekerja sama untuk menghasilkan kesembuhan.

“Suatu depresi mental, kecemasan yang hebat, atau kekakuan yang disebabkan rasa bersalah atau kebencian tampaknya telah menutup jalur kesembuhan alamiah. Di sinilah do’a berperan,” ujar Chester L.Tolson dan Harold G.Koenig dalam bukunya The Healing Power of Prayer.

Mengapa do’a berperan dalam kesembuhan? Do’a yang banyak diartikan sebagai dialog, penyerahan, dan permohonan tulus kepada Allah SWT, penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan Allah, pasien, dokter/penyembuh, dan ilmu pengetahuan demi kesembuhan total. Sekadar catatan, healing berasal dari kata Anglo-Saxon yang berarti “untuk membuat utuh”. Mengingat penyakit kebanyakan disebabkan oleh pikiran, kesembuhan total/utuh tidak akan terjadi tanpa memulihkan kondisi pikiran.

Isi pikiran negatif yang menjadi penyebab stres atau ketegangan merupakan faktor sangat penting untuk diatasi dalam proses penyembuhan. Do’a ibarat kita menelepon kekasih. Agar dialog dapat berlangsung jelas dan bermakna, saluran harus bersih. Isi pikiran yang negatif itulah pengganggu saluran komunikasi kita dengan Allah SWT.

Bagaimanapun, manusia terdiri dari bagian yakni tubuh, pikiran, dan roh. Rileksasi (dalam Islam berniat yang ikhlas) merupakan cara yang penting untuk dilakukan sebelum kita berdoa. Ada orang yang membedakan antara meditasi dengan do’a. Jika doa disebut sebagai pertemuan atau dialog dengan Allah SWT, meditasi dianggap sebagai refleksi mendalam yang memungkinkan seseorang terhubung dengan alam semesta.

Namun, alat kedokteran yang objektif ternyata merekam kedua aktivitas tersebut sebagai sesuatu yang hamper sama sama. Ketika orang yang melakukan meditasi menghalau semua pikiran dari benak, ternyata aktivitas dalam amygdala (bagian otak yang memantau lingkungan dari ancaman dan mencatat ketakutan) diredam.

Sirkuit lobus parietal (bagian otak yang menyesuaikan diri dengan ruang, menandai perbedaan tajam antara diri dan dunia) menjadi tenang pula. Sirkuit lobus frontal dan temporal (bagian otak yang menandai waktu dan membangkitkan kesadaran diri) dapat dilepaskan.

Dengan keadaan seperti itu, orang yang bermeditasi menjadi sangat rileks, sehingga memungkinkannya untuk bersatu dengan alam semesta. Pendek kata, dari hasil penelitan, terjadi perubahan radiologis di dalam otak ketika seseorang melakukan meditasi ala Tibet.

Perubahan yang sama ternyata terjadi pula pada biarawati Fransiskan yang otaknya di monitor menggunakan SPET-scanning. Ketika melakukan doa mendalam hingga merasakan kehadiran Allah, otak biarawati tersebut menunjukkan perubahan seperti yang terjadi pada para pelaku meditasi ala Tibet.

Apa yang dapat kita catat dari hasil riset tersebut? Bahwa ada upaya ilmiah untuk membuktikan pengaruh do’a terhadap otak manusia.

Kaitan antara spiritualitas dan kesehatan

Dalam buku The Spiritual Brain karya Mario Beauregard, Ph.D & Denyse O’leary dijelaskan bahwa para ilmuwan menawarkan dua pendekatan spiritualitas:

Pertama, pendekatan yang melihat spiritualitas sebagai produk sampingan perkembangan otak, sehingga kaitan antara spiritualitas dan kesehatan adalah kebetulan belaka.

Kedua, pendekatan yang melihat spiritualitas baik bagi manusia karena meningkatkan kesehatan secara evolusioner.

Dr. Herbert Benson dari Harvard Medical School, Amerika Serikat, adalah perintis bidang yang dikenal sebagai pengobatan meths mind/body. Pendiri Harvard’s Mind/Body Medical Institute di Boston’s Deaconess Hospital ini berdasarkan pengamatan terhadap pasien akhirnya sampai pada keyakinan: “Bahwa tubuh kita mendapatkan keuntungan dari latihan bukan sekadar otot, melainkan kekayaan utama yang berada di dalam diri manusia: keyakinan, nilai-nilai, pikiran, dan perasaan. Saya ingin mengeksplorasi faktor-faktor tersebut karena para filsuf dan ilmuwan berabad-abad telah melakukan dan menempatkannya sebagai sesuatu yang tak terlihat dan tidak terukur, sehingga banyak studi disebut tidak ‘ilmiah’.

“Saya ingin mencoba karena, lagi dan lagi, pasien-pasien saya seringkali mengalami kemajuan dan kesembuhan dan tampaknya tergantung pada spirit serta keinginan mereka untuk hidup. Saya tidak dapat mengabaikan bahwa pikiran manusia maupun keyakinan yang sering kita kaitkan dengan jiwa, memiliki manifestasi fisik,” ungkap Dr. Herbert Benson.

Sejumlah ahli menyebut kaitan antara spiritualitas dan kesehatan sebagai placebo effect (efek kesembuhan yang dihasilkan dari obat yang tidak mengandung obat, tetapi diyakini sebagai obat). Setelah melakukan berbagai review, Benson menyimpulkan efek spiritualitas terhadap kesehatan jauh lebih besar dibanding perkiraan yang pernah dibuat pakar-pakar sebelumnya, sekitar 30 persen.

Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90 persen dari keseluruhan efek pengobatan. Artinya, pasien yang berdasarkan perkiraan meths memiliki harapan sembuh 30 persen atau bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total. Tentu tidak semua ilmuwan setuju dengan kesimpulan tersebut.

Beragam hasil riset tentang doa

Banyak riset telah dilakukan oleh para ilmuwan, khususnya di negara negara Barat, tentang manfaat do’a dan religiositas bagi kesehatan, penyembuhan, maupun kasus bunuh diri. Sejumlah riset membuktikan antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak mendapatkan intervensi doa, lebih tinggi risikonya untuk melakukan bunuh diri, lebih rendah tingkat kesembuhan dari penyakit, lebih tinggi risikonya untuk mengalami sakit, dan lebih rentan terhadap penyakit.

Berikut ini contoh hasil riset yang pernah dilakukan:

  • Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun) yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner terhadap 2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang rajin berdoa atau beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang tidak rajin.
  • Riset yang dilakukan oleh Zuckerman, Kals, dan Ostfield terhadap warga lanjut usia pun membuktikan hal yang sama: kelompok lansia yang lebih rajin berdoa terbukti lebih panjang umur dibandingkan dengan yang tidak rajin berdoa.
  • Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol, narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia (gila) membuktikan karena rendah/tak adanya komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan yang diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi do’a.
  • Barry Rosenfeld dan kawan-kawan dari Fordham University dan William Breitbart dari Memorial Sloan Kettering Cancer dalam riset yang dipublikasikan tahun 2003 membuktikan adanya efek spiritualitas terhadap rasa putus asa pasien penyakit kanker terminal (dianggap tak dapat disembuhkan lagi). Riset membuktikan bahwa spiritualitas menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya akan segera berakhir.
  • Riset lain juga membuktikan adanya kaitan antara sistem imun dengan tingkat spiritualitas dan kondisi emosi.
  • Tiga ilmuwan mengukur tingkat spiritualitas dan interleukin-6 (IL-6) pada darah pasien penyakit kanker terminal. Terbukti adanya kaitan antara tingkat fungsi imun tubuh dengan suasana hati yang baik dan IL-6. Sebagai catatan, IL-6 adalah protein pada sel-sel yang bekerja untuk mengatur fungsi sistem imun tubuh.
  • Tahun 1998 sebuah studi di California menemukan bahwa enam bulan setelah didoakan secara diam-diam ternyata tingkat kesehatan pasien AIDS terbukti membaik secara signifikan bila dibandingkan tingkat kesehatan kelompok pasien AIDS yang tidak didoakan.
  • Tahun 2002, hasil studi yang dilakukan terhadap 39 pasien di ICU membuktikan, mereka yang didoakan bisa keluar dari rumah sakit lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak didoakan, walaupun mendapatkan pengobatan yang lama.

Banyak ilmuwan semakin yakin tentang manfaat doa bagi kesehatan, dan riset masih terus dilakukan dengan mencermati beragam sisi.

Doa Memohon Kesembuhan

Sebetulnya dalam setiap agama tidak ada doa khusus penyembuhan yang dibakukan. Itu sebabnya setiap praktisi penyembuhan bisa mengucapkan doa-doa yang berbeda, walaupun harapan mereka sama: pasien sembuh.

Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyembuhkan penyakit. Hal tersebut merupakan kalimat yang pernah diucapkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam memuji-Nya, “DAN APABILA AKU SAKIT, DIALAH YANG MENYEMBUHKANKU.” (AL QUR’AN, SURAH ASY-SYU’ARA`: 80).

Berikut ini beberapa contoh do’a yang dapat dipraktikkan. Untuk mempercepat proses penyembuhan, H.M. Bambang Irawan S., menganjurkan pasiennya untuk berdoa sebagai berikut:

  • Astaghfirullah, diucapkan setiap pagi sebanyak 100 kali, lebih sempurna bila dilafalkan sebanyak 1.000 kali.
  • Laa ilaaha ilallah, diucapkan setiap pagi sebanyak 100 kali, lebih sempurna bila diucapkan sebanyak 1.000 kali.
  • Surat Al-Fatihah, minimal 100 kali sehari, lebih sempurna lagi bila dilafalkan 1.000 kali sepanjang hari.
  • Sementara itu Prof. Dr. Dadang Hawari, Sp.KJ, selain obat ia juga memberikan kiat penyembuhan sebagai berikut:
  • Bertobat
  • Yakin Allah yang menyembuhkan.
  • Menyadari bahwa penyakit adalah cobaan, karenanya perlu kesabaran.
  • Bersikap rida dan melakukan penghapusan dosa.
  • Percaya bahwa dalam kesukaran pasti ada kemudahan.
  • Menenangkan jiwa.
  • Berdoa sebelum dan sesudah minum obat.
  • Berdoa sesudah sembuh.
  • Berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, hasbalah, istighfar, dan lafadh baaqiyaatush shaalihat.

Tiga istilah umum untuk Do’a dalam Islam:

Untuk orang yang berbahasa Inggris kata (pray) berdo’a berlaku untuk semua kegiatan ritual (Sholat, Zikr dan Do’a), sedangkan untuk umat Islam memiliki 3 kata yang berbeda dalam bahasa Arab yang mencakup pemahaman yang lebih luas dari do’a dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk seorang Muslim, setiap tindakan yang baik yang dia lakukan, baik berkomunikasi dengan Allah SWT, menjadi sukarelawan kemanusiaan atau sukarelawan di sebuah bank (badan amal yang membagikan) makanan untuk fakir miskin, berbicara melawan ketidakadilan, atau meminta bantuan Allah SWT, pada dasarnya adalah tindakan Do’a.

Zikr (Peringatan): Zikr adalah istilah Arab untuk mengingat Allah SW, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Hal ini tidak terbatas pada do’a dan ibadah yang umat Islam lakukan di sajadah lima kali sehari, melainkan lebih dari itu. Zikr adalah keadaan pikiran. Semua kata-kata pujian untuk memuji dan mengagungkan nama Allh SWT serta memuji kemuliaan Allah, memuji Atribut-Nya, Kesempurnaannya, Kekuasaannya. Seseorang dapat mengucapkan kata kata itu dengan lidah atau mengatakannya secara diam-diam dalam hati, yang dikenal sebagai Zikr atau mengingat Allah SWT.

Mengingat Allah adalah dasar dari perbuatan baik. Nabi Muhammad SAW, berkata, “Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang yang tidak mengingat-Nya, adalah seperti itu yang hidup dan yang mati”(Riwayat Bukhari dan Muslim)..

Sholat (Ritual Doa): Sholat adalah nama untuk sholat wajib yang dilakukan lima kali sehari atau sholat sunah yang dapat dilaksanakan kapan saja, dan yang merupakan sarana hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya. Tidak ada otoritas hirarki dalam Islam, sehingga sholat biasanya dipimpin oleh orang terpelajar yang tahu Al Qur’an dan Hadist, yang dipilih oleh jemaah. Bacaan do’a dalam sholat lima waktu berisi ayat-ayat dari Al-Qur’an, dan dikatakan dalam bahasa Arab, bahasa Wahyu.

Dalam kehidupan sehari-hari Seorang Muslim dijadwalkan lima kali sholat fardhu (wajib) harian. Dimulai dengan bangun sebelum matahari terbit dan berdo’a Fajr (Sholat Subuh), lalu Sholat Zuhr di tengah hari, Sholat Ashar di sore hari, Sholat Maghrib setelah matahari terbenam, dan Sholat Isya sebelum tengah malam. Ada Sholat (do’a) pilihan lain (sunah) yang seorang Muslim dapat melakukan pada waktu lain di siang dan malam. Nabi Muhammad, SAW melaksanakan Sholat Tahajjud berdoa setiap hari sebelum fajar.

Du’a (Doa): Nabi Muhammad SAW, berkata, ‘Du’a (do’a) adalah inti ibadah’ (Riwayat Tirmidhi). “Allah, yang paling Penyayang dari semua yang telah menyayangi, memahami dan mengetahui semua kekhawatiran dan kegelisahan di dalam hati kita bahkan sebelum kita merasakannya. Tetapi Dia masih mendorong kami untuk meminta-Nya langsung untuk apa saja melalui do’a.”.

Do’a dapat dilakukan dengan mengangkat tangan ke arah langit, memohon bantuan Allah SWT dalam bahasa sendiri, dan menyerahkan diri di hadapan-Nya. Atau bisa juga dibuat santai dan diam-diam dalam hati seseorang.

Karena Islam merupakan cara (jalan) hidup (way of life), ada do’a-do’a untuk setiap aspek kehidupan kita. Nabi Muhammad SAW, telah mengajarkan umat Islam untuk melakukannya, mulai dari sebelum makan, untuk pergi ke kamar mandi, untuk mengendarai mobil, untuk meninggalkan rumah. Pokoknya ada Du’a atau do’a untuk setiap kegiatan dan kesempatan.

Daftar pustaka

 

 

Al-Qorni, Aidh bin Abdullah. 2005. Dont be sad, La tahzan, Cara hidup positif tanpa pernah sedih dan frustrasi. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

 

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1971. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Terjemahan/Tafsir AI-Qur’ an.

 

Ancok, Djamaluddin. 1989. Agama dan Psikoterapi. Atarbiyah. Edisi Perdana Nomor 1/Tahun I/April Tahun 1989.

 

-———.1994. Rasa Sakit Tinjauan Psikologis. LPM Pengelolaan Rasa Sakit. Bagian Psikologi Klinis Fak. Psikologi UGM.

 

Ancok, Djamaluddin dan Suroso. 1994. Psikologi Islami. Edisi III Tahun 1992. Yogyakarta : Keluarga Muslim Fak. Psikologi UGM.

 

Ash-Shiddieqy, TMH. Pedoman Sholat. Jakarta: Bulan Bintang.

 

Atkinson, Rita Dkk, 2010,Pengantar psikologi, Jilid satu, (terjemahan Widjaja Kusuma, Interaksara.

Baraja, Abubakar. Psikologi Perkembangan. Studia Press.

 

Blepharospasm From Wikipedia, the free encyclopedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Blepharospasm)

 

Fathurrahman Al Katitanji. Al rasis. RAHASIA BESAR DIBALIK IBADAH SHALAT. UII

 

Hadhiri, Chairuddin.1995. Klasifikasi kandungan AI-Qur^an. Jakarta: Gema insan Press.

 

-———.1999. Buku Ajar Studi Islam Kontekstual (SIK Pendidikan Agama Islam) Tinjauan Psikologis Ibadah Sholat. Fak. Psikologi UGM.

 

Heryanto, Sentot 2005. Psikologi Sholat aspek-aspek psikologis Ibadah Shalat. Pustaka Belajar. Yogyakarta

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/sejarah-psikologi.html

 

http://www.psikologizone.com/kritik-psikologi-masihkah-relevan/065111073

 

Kartono, Kartini dan Andari, Jenny. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.

 

Kekuatan Doa Dalam Penyembuyhan (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cybermed|0|0|5|155)

 

Masyhur, Kahar,1995, Shalat wajib menurut Mazhab Empat,Rineka Cipta Jakarta

 

Musbikin, Imam, 2003, Rahasia Shalat, Bagi penyembuhan fisik dan PSikis, Terapi Religius, Yogyakarta, Mitra Pustaka

 

Najati, M. ‘Utsman,. 2000. AI-Qur ‘an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka Pelajar.

 

Nashori Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami, Bandung. PT Refika Aditama.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1969. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.

 

Prawirohusodo. 1994. Rasa Nyeri: Suatu Tinjauan Medis. LPM Pengetolaan Raa Sakit. Bagian Psikologi Klinis Fak. Psikologi UGM.

 

Rahman. Afzalur & Muntahari. 2007 Energi Sholat. Jakarta. PT Serambi

 

Rahman Shaleh, Abdul. Psikologi. Kencana Prenada Media Group.

 

Rasjid, Sulaiman. 1998. Fiqih Islam. Algesindo: Sinar Baru.

 

Saboe, A. 1986. Hikmah Kesehatan dalam Sholat. Bandung: PT. AI-Ma’arif.

 

Sarwono Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers.

 

Shihab, Quraisy. 1998. Wawasan AI-Qur`an. Tafsir Mudhu atas Pelbagi Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

 

Sholeh, Moh, Dr, 2006, Terapi Shalat tahajjud, Menyembuhkan berbagai penyakit, Bandung, Hikmah Popuper

 

Su’dan, MD. 1997. AI-Qur`an dan Panduan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

“The Healing Power of Prayer” karya Chet Tolson dan Harold Koenig.

 

“The Faith Factor: An Annotated Bibliography of Clinical Research on Spiritual Subject” karya Larson, Dale Mathew, dan Constance Barry

 

“The Spiritual Brain” karya Mario Beauregard, Ph.D & Denyse O’leary

 

Walgito, Bimo. 2010. “Pengantar psikologi Umum”. Yogyakarta: Andi

 

 

 

 

 

Leave a comment